Rabu, 10 Agustus 2011

FF: "A Whole New World" (World 6)

"A WHOLE NEW WORLD"
Cast: Kim Wookie, Cho Kyuhyun, Kim Jongwoon, Lee Minnie, =)


Keesokan harinya di rumah Kyuhyun, ia terpaksa membolos salah satu mata kuliah praktikum karena istrinya, Minnie mengeluh perutnya sakit. Ya, Minnie sedang mengandung anak pertama mereka, dan ini memang sudah bulan ke-9.

“Iya, aku tahu perutmu sakit... Bersabarlah sedikit! Aku sedang mengemasi barang-barangmu!” Teriak Kyuhyun yang kesal sekaligus cemas mendengar erangan dan tangisan Minnie.

Setelah selesai berkemas, ia menggendong istrinya ke dalam mobil dan menyupir dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.


Sudah 10 jam Kyuhyun menunggu istrinya di rumah sakit, namun anak yang dikandung Minnie belum juga lahir.

Kyuhyun merasa takut terjadi apa-apa dengan istrinya. Ia terus duduk di samping Minnie sambil memegangi tangannya. Ia benar-benar tak dapat memikirkan apapun. 1 jam kemudian perawat meminta Kyuhyun untuk keluar.

Di luar ruangan, Kyuhyun sangat tegang. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruangan. Wajahnya mengeluarkan keringat dingin. Tangannya pun terasa sangat dingin. Orang tuanya dan orang tua Minnie hanya menatapnya sambil tersenyum.

Ayah Kyuhyun menghampiri dan menepuk bahunya, “Istrimu orang yang kuat, ia akan baik-baik saja,” Ucap ayahnya dengan bijaksana sambil tersenyum.

Kyuhyun menghela nafas dan mulai mau untuk duduk. Meskipun demikian, kakinya tetap ia ketuk-ketukan ke lantai, sementara tangannya saling menggenggam satu sama lain dengan kencang. Berkali-kali ia menghela nafas, namun rasa khawatir itu tidak kunjung pergi.

Ia memutuskan untuk menelepon Wookie, sahabatnya. Satu kali... dua kali.... 10 kali... namun tetap tidak diangkat.

“Haish!” gerutunya sambil menengadahkan kepala, tanda kesal.

Sedang apakah Wookie?...

“Penghargaan Album terbaik jatuh kepada... Kim Wookie!” Teriak MC.

Wookie berjalan ke arah panggung. Ia sedang menghadiri Golden Disk Award dan memenangkan bebrapa penghargaan. Salah satunya, Album Terbaik. Ia yang saat ini sedang menggenakan gaun ‘V-neck’ satu tali berwarna coklat muda dengan pita hitam di bagian pinggang, dipadu hi’heels yang senada dengan gaunnya. Sementara rambut panjangnya yang ikal di bagian bawah ia gerai.

Setelah mendapat penghargaan itu, ia menyanyikan salah satu lagu dari album terbarunya, ‘Just You’ sambil bermain piano. Lagu itu merupakan lagu penutup dari acara Golden Disk Award.

Di ruang ganti, seseorang menjemput Wookie. Orang itu menggenakan pakaian formal dengan jas berwarna silver mengkilap (kalo susah ngebayangin, kayak baju yang Kangin pake di ‘Rokkugo’). Orang itu mengaku sebagai supir Jongwoon yang datang untuk menjemput Wookie.

Tak lama, mereka sampai di sebuah arena basket indoor. Wookie berpikir, Jongwoon aneh, yang benar saja, mengajaknya kencan, tapi kok di lapangan basket, mana romantisnya?

Orang tadi membukakan pintu untuk Wookie. Saat pintu terbuka, ada suara letusan kembang api kecil yang membuat Wookie terkejut. Saat ia melangkahkan kaki ke dalam, banyak balon berwarna putih berterbangan, menghalangi pandangannya.

Dari kumpulan balon itu, ia melihat Jongwoon menggenakan yang kaos berwarna abu-abu, dipadu jas dan celana kain berwarna putih, sedang berdiri di tengan lapangan sedang memegang sebuak balon berwarna merah. Ia tersenyum pada Wookie. Wookie pun tersenyum dan berjalan ke arahnya.

Kira-kira 5 langkah dari Jongwoon, barulah ia menyadari di tempat itu ada banyak orang, tepatnya anak-anak yang menggenakan pakaian fromal, lengkap dengan jasnya yang berwarna-warni (kayak dress codenya ‘Rokkugo’).

Lampu meredup tatkala anak-anak itu menyanyikan sebuah lagu lama yang dinyanyikan salah satu Boyband Legendaris Korea, Super Junior, yang berjudul ‘Marry You’.

Wookie tak dapat menahan haru. Air matanya menetes, sementara Jongwoon masih berdiri tegap di tempatnya sambil memegang balon berwarna merah itu.

Saat lagu hampir selesai, barulah ia mendekat ke arah Wookie sambil memberikan balon yang ternyata di ujungnya terdapat sebuah cincin emas yang yang dilapisi perak dan bertahtakan berlian.

Jongwoon memberikan itu sambil menatap mata Wookie. Sesaat Wookie terkejut ketika hendak mengambil balon itu karena melihat ada cincin di sana. Wookie tampak ragu untuk menerimanya.

“Would you marry me, Wookie ah?” tanya Jongwoon penuh percaya diri.

Dengan air mata yang masih mengalir, Wookie menerimanya. Seketika itu juga, Jongwoon menarik Wookie ke pelukannya, diiringi tepuk tangan dari anak-anak yang tadi menyanyi.

Jongwoon melonggarkan pelukannya dan kembali menatap mata Wookie. Wookie menatap mata Jongwoon juga sambil tersenyum. Saat itu, Jongwoon mendekatkan wajahnya ke wajah Wookie, hendak mencium gadis itu. Namun Wookie segera meletakan telunjuknya di atas bibir Jongwoon.

“Banyak anak-anak di sini.. Jangan menyesatkan mereka,” Ucapnya tersipu sambil melepaskan pelukan Jongwoon. Gadis itu menggenggam tangan Jongwoon sambil membungkukan badannya dan mengucapkan terimakasih pada anak-anak yang sudah menyanyi.

Setelah anak-anak itu pergi, Jongwoon menarik tangan Wookie ke arahnya. Wookie terkejut hingga balon yang masih ia pegang lepas dari tangannya. Reflek, Jongwoon menarik tali balon itu sebelum terbang jauh.

“Kau ini ceroboh sekali!” Ucap Jongwoon lembut. Menggunakan tangannya, ia melepas benang balon yang terikat pada cincin tersebut dan memakaikannya di jari Wookie.

“Maaf...” Ucap Wookie.

“Hmm.. tampaknya sudah tak ada siapapun di ruangan ini,” Ucap Jongwoon, memeluk Wookie. Wookie mulai merasakan firasat buruk. Sebelum ia sempat memperkirakan apa yang akan terjadi, wajah Jongwoon sudah kembali mendekati wajahnya dengan mata yang terpejam. Wookie melihat ke arah kiri dan kanan. Tubuhnya terasa dingin. Ia bingung harus bagaimana.

0,5 cm lagi!!!! Dan... ‘do it do it chu... it’s true true true true it’s you..’ Ponsel Wookie yang berada dalam tas tangannya berbunyi.

Itu cukup mengejutkan keduanya. Jongwoon membuka mata dan menjauhkan wajahnya dari Wookie.

“Ehm.. itu ponselku...” Ucap Wookie sambil mengambilnya.

“Benar-benar..!!” Umpat Jongwoon dalam hati.

“Ne, Kyuhyunnie?”

“Mantan kekasihnya...T.T” batin Jongwoon.

“Benarkah? Baiklah, aku segera ke sana!” Ucap Wookie dengan nada gembira.

“Ada apa? Bersemangat sekali?” Tanya Jongwoon dingin.

“Minnie Eonnie telah melahirkan bayi kembar!! Aku harus segera ke sana!” Wajah Wookie berseri-seri.

“Benarkah?” Jongwoon bersemangat. “Ayo, aku antar!” Laki-laki itu kembali meraih tangan Wookie dan menariknya ke arah pintu sambil berlari.

“Kupikir ia akan sedih.. ternyata bersemangat sekali..” pikir Wookie. “Oppa, pelan-pelan...nanti aku terjatuh!” serunya.

20 menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit tempat Minnie melahirkan. Ruangan tempat Minnie dirawat cukup penuh. Ada orang tua Minnie dan Kyuhyun, Donghae, Kakak Minnie, dan Hyukkie, manajer Wookie, yang sekarang berstatus sebagai calon kakak ipar Minnie. Bayi mereka ada di box, di samping tempat tidur Minnie.

“Eonnie.. selamat...!” Ucap Wookie sambil memeluk Minnie, kemudian Kyuhyun. Lalu ia berjalan ke arah box bayi yang berjajar. “Aigoo... Lucu sekali..” pekik Wookie sambil melihat ke arah 2 bayi yang masih merah dan hanya terbalut kain.

“Yang laki-laki namanya Cho Sung Hyun, yang perempuan Cho Min Hyun” ucap Kyuhyun, memperkenalkan kedua bayinya.

“Oppa, nanti aku ingin yang seperti ini juga, ya!” Kata Wookie sambil memegang bahu Jongwoon, kemudian ia mendekat ke arah Minnie.

“Kukatakan dari sekarang, persiapkan mentalmu, atau kau akan terkena serangan jantung!” Bisik Kyuhyun pada Jongwoon. Jongwoon hanya menatap Kyuhyun dengan heran. “Ini bahkan lebih mengerikan dari kecelakaan yang aku alami dulu!” tambahnya. Jongwoon hanya mengangguk menanggapi kata-kata Kyuhyun karena kurang paham mengenai apa yang Kyuhyun katakan.

Ibu Kyuhyun kemudian menceritakan hal yang terjadi pada Kyuhyun selama proses persalinan Minnie. Semua di ruangan itu menertawakan Kyuhyun.

“Kau ini, berlebihan sekali..!” Ucap Donghae sambil menepuk bahu Kyuhyun.

“Hei, kau tak pernah merasakan hal ini, Hyung! Cobalah nanti kau rasakan!” Kyuhyun membela diri.

Pukul 2 pagi.. Mereka membuat sedikit keributan di rumah sakit, khususnya Wookie, suara cemprengnya menggema sampai ke luar ruangan rumah sakit. Ia terus merajuk untuk difoto bersama. Ia meminta Jongwoon mengambilkan gambar. Namun Jongwoon menolaknya karena ia juga ingin ikut difoto. Hal itu membuat mereka, yang ada di ruangan itu ditegur oleh petugas keamanan di sana.

“Satpam Ajusshi..” Panggil Wookie. “Bisakah ambilkan beberapa foto untuk kami?” Pinta Wookie sambil memberikan digicamnya. Lalu ia dan Hyukkie menata semua orang yang ada di sana, juga mengambil bayi-bayi kecil itu dari boxnya.

Satpam Ajusshi menurut saja. Sepertinya ia melakukan pekerjaan sukarela itu dengan senang hati. Cukup banyak gambar yang diambil. Mulai dari Minnie menggendong kedua bayi, Minnie dan Kyuhyun masing-masing menggendong bayi, Hyukkie dan Wookie menggendong bayi, sampai para kakek dan nenek yang menggendong. Untuk 1 gaya pun tak cukup 1 kali jepret. Setelah mengambil foto, bayinya dibawa ke ruangan terpisah dari ruangan tempat Minnie. Para orang tua pulang, sementara yang lainnya tinggal di rumah sakit, meskipun Kyuhyun telah mengusir mereka karena taku Minnie terganggu.

Paginya, mereka kelelahan dan tertidur di rumah sakit dengan posisi yang tidak nyaman. Jongwoon yang bangun paling pagi langsung membangunkan Wookie dengan menepuk-nepuk pipnya *ga romantis banget==a*

"Tenang lah Oppa, manajerku saja masih tertidur...." Ucap Wookie setengah sadar.

"Ayo kita cari Wedding Organizer terbaik untuk pernikahan kita....!" Bisik Jongwoon.

"Mwo?" Wookie langsung terbangun dan sadar karena terkejut.

"Kajja!!" Jongwoon menarik tangan Wookie, mau tak mau Wookie menurut dan pergi bersama Jongwoon, tanpa membangunkan siapapun.

^END^

FF: "A Whole New World" (World 5)

A WHOLE NEW WORLD - WORLD 5
Cast: Kim Wookie; Cho Kyuhyun; Kim Jongwoon; Lee Minnie


Setahun kemudian,

Kyuhyun P.O.V

Hari ini, tanggal 17 Juli, aku melangsungkan pernikahanku dengan gadis yang aku cintai, yang benar-benar menungguku, ditengah ketidak pastian, apakah aku akan hidup atau mati. Aku akan menjalani sebuah kehidupan yang baru, bersama orang yang sebelumnya tak pernah terpikir akan menjadi pasangan hidupku.

“Ya, aku bersedia, menjadi suami Lee Minnie, memimpinnya dan mendampinginya, dalam suka maupun duka, dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan kaya ataupun miskin, sampai maut memisahkan,” Ucapku, dihadapan pendeta. *maap Pak Pendeta, buku Liturgi nikahan yang Daemon sumputin lupa naro...haduh..jadi ngarang deh*

Berikutnya, Minnie mengucapkan hal yang serupa, namun berbeda di bagian awal, akan mendampingi dan melayani Cho Kyuhyun. Ya Tuhan, itu namaku! terimakasih, telah mengaruniakan kepadaku, seorang istri seperti Minnie.

Sementara Wookie, ia semakin dewasa dan cantik. Ia juga tetap pada penantiannya. Sebenarnya hal ini cukup berat menurutku, menunggu orang hidup tidaklah sama dengan menunggu orang yang sedang koma.

Orang yang sedang koma, hanya terbaring di tempat tidur. Kalaupun ia mati, ia hanya membawa dirinya saja. Berbeda dengan menanti orang yang masih hidup. Ada kemungkinan ia akan menikah dengan orang lain. Dan bila Kim Jong Woon telah menikah dengan orang lain saat bertemu dengan Wookie, aku tak dapat membayangkan, betapa sedihnya dia. Kuharap hal itu tidak terjadi.

Wookie P.O.V
Pernikahan Kyuhyun dan Minnie, dua orang yang sangat berarti dalam hidupku. Saat keduanya mengucapkan janji itu, aku sangat tersentuh. Aku berharap suatu saat nanti aku dan Jongwoon Oppa dapat berdiri di altar dan mengucapkan hal yang sama.

Pelemparan bunga! Aku mencoba mengejar bunga itu. Ah, mengapa malah Hyukkie Eonnie yang mendapatkannya? Kurasa ia tak punya hubungan dengan siapapun.


6 bulan kemudian, Wookie mulai rekaman untuk album barunya. Dan beberapa bulan setelah itu, ia diundang ke stasion televisi. MC memintanya untuk menceritakan mengenai albumnya.

“Sama seperti judulnya, ‘The One I Love’, album ini tentang seseorang yang dicintai. Semua lagu di album ini terangkai seperti sebuah cerita. Dimulai dengan kedekatan sepasang manusia, yang tidak memikirkan masalah cinta sama sekali, kemudian cinta yang datang tiba-tiba tanpa ada yang menyadari, sampai-salah satunya menyadari, namun merasa itu tidak mungkin, dan ia pergi. Kemudian diceritakan juga tentang penyesalan orang yang satunya, karena ia baru menyadari cinta setelah orang itu pergi,” Cerita Wookie.

“Dalam album ini, apakah anda menulis lagu?”

Wookie tersenyum, “Iya, aku menulis.beberapa. Salah satunya, yang berjudul sama dengan albumnya, ‘The One I Love’. Satu lagi, ini merupakan singleku, ‘Just You’. Lagu ini aku hanya mengarrange musiknya. Liriknya buatan Kim Jong Woon, mantan manajerku,” Jawab Wookie.

“Kim Jong Woon...” MC tampak mengingat nama itu. “Ya, aku ingat... Dia yang pernah digosipkan acaran denganmu, kan?” tanya MC.

Wookie tertawa mendengar itu, “Ya, begitulah... dunia artist memang tak pernah lepas dari gosip,” Sahutnya.

“Lalu, bagaimana hubungan kalian sekarang? Ia ada dimana? Dan kapan akan kembali?” tanya MC bertubi-tubi.

Penonton tertawa mendengar pertanyaan MC pada Wookie, begitu pula Wookie, “Pertanyaan Anda banyak sekali..” candanya. “Aku tidak tahu sekarang dia ada dimana. Tapi aku yakin ia akan kembali,” Ucap Wookie, penuh arti.

“Anda tampak yakin sekali, Wookie Sshi... Apa benar menurut gosip yang beredar, bahwa Anda merelakan Cho Kyuhyun Sshi, orang yang sebelumnya Anda tunggu, demi Kim Jong Woon Sshi?”

“Hmm.. aku tak mau banyak bicara mengenai hal itu. Cinta adalah hal yang sulit dijelaskan. Kau bisa merelakan hasil jerih payahmu selama bertahun-tehun untuk itu,” Jawab Wookie.

“Ya, itu cukup menjelaskan,” Ucap MC. “Baiklah semuanya, jangan biarkan Wookie Sshi menunggu sendiri. Kita tunggu penampilannya setelah CF!” Seru MC.


Di Jerman, seorang pengusaha muda tengah menandatangani berkas-berkas. Ia meneliti satu persatu berkas-berkas itu sebelum akhirnya membubuhkan tanda tangannya. Untuk ukuran orang Jerman, dia tidaklah berwajah layaknya suku arya, lebih asia, karena dia memang orang Asia, tepatnya warga negara Korea Selatan.

Kim Jong Woon benar-benar sangat sibuk hari itu. Dari luar ruangan, ia mendengar suara televisi yang memutar acara musik Korea. Sebuah lagu membuatnya tertarik. Ia menghentikan pekerjaannya sejenak sambil memejamkan mata dan merenggangkan otot-ototnya. Ia sangat menikmati alunan piano itu.

Tibalah saat si penyanyi mendendangkan lagunya. Suara itu terdengar familiar. Ia membuka matanya. Suara yang memesona dirinya. Ia memejamkan matanya lagi, mencoba menghayati isi lagu. Ia seperti dejavu dengan liriknya.

Hatinya terenyuh mendengar itu. Ingatannya kembali ke masa lalu. Tiba-tiba wajah seorang gadis terlintas di wajahnya. “Wookie ah...” Jongwoon segera beranjak dari kursinya dan keluar dari ruangannya itu.

Namun saat ia keluar, acara itu telah berakhir. Ia kembali masuk ke ruangannya, dan mencoba mencari ‘Kim Wookie’ lewat internet. Ia menemukan beberapa acara live, dimana ia menyanyikan lagu itu. Jongwoon mendownload beberapa diantaranya dan memutarnya.

‘Just You’, lagu yang sebenarnya adalah curahan hatinya tentang Wookie, bukan lagu ataupun puisi, Wookie ubah menjadi lagu. Kemudian, ‘The One I Love’, lagu ini membuat Jongwoon meneteskan air mata. Benarkah lagu itu untuknya? Ia kembali mencari berita mengenai Wookie.

Beberapa orang fans menyebutnya ‘Si Bunga Matahari’, yang selalu menanti. Ia membuka salah satu dan membacanya.

“Bunga Matahari, lambang penantian. Selalu menatap matahari dari mulai ia terbit sampai terbenam. Begitu pula Kim Wookie. Dulu ia menanti kekasihnya, Cho Kyuhyun yang sedang koma. Setelah kekasihnya sadar, ia merelakannya dengan sahabatnya, sementara dirinya kembali menanti mantan manajernya, Kim Jong Woon. Entah mengapa, dunia ini terlihat tidak adil baginya. Walaupun demikian, ia tetap yakin Kim Jong Woon akan kembali. Tetaplah tersenyum, Kim Wookie, Hwaiting!!”
Jongwoon tersenyum. Ia segera menyelesaikan berkas-berkasnya. Kemudian mengumpulkan semua karyawan serta adiknya. Ia memerintahkan adiknya untuk menggantikannya.

Laki-laki itu kembali ke Korea.


Malam itu, Wookie sedang merayakan album keduanya di sebuah bar bersama manajernya dan beberapa orang dari rumah produksi yang memang mengurus albumnya. Wookie terkejut melihat Lee Donghae, kakak Sungmin ada di tempat itu. Tiba-tiba Lee Donghae naik ke atas panggung dan menyanyikan sebuah lagu, sambil menari. Di tengah-tengah lagu, ia mengajak Hyukkie untuk naik ke atas panggung.

Saat lagu berakhir, Donghae mengambil sesuatu di saku celananya, sebuah kotak berwarna biru. Kemudian ia berlutut di hadapan Hyukkie, “Would you marry me?” tanyanya.

Hyukkie tampak terkejut karenanya. Ia tercengang beberapa detik sebelum akhirnya memegang tangan Donghae, menariknya untuk berdiri, memeluk, dan mengecupnya tepat di bibir.

Wookie terkejut melihat itu, setahu Wookie, sejak mereka berkenalan, Donghae memang sering terlihat mengantar Hyukkie dan menjemputnya bila mereka pulang malam. Namun manajernya itu tidak pernah bercerita apa-apa mengenai kedekatan mereka. Walaupun demikian, ia senang karena sang manajer telah menemukan pasangan hidpunya. Namun entah mengapa dirinya merasa sunyi. Ia pergi ke bagian paling atas dari bar itu dan melihat pemandangan dari situ.

Lampu-lampu begitu indah menerangi jalan. Ada yang berkelap-kelip. Tiba-tiba suara kembang api menganggetkannya. Ia tertawa sendiri karena hal itu. Semua perasaan bercampur aduk dalam dirinya. Senang, sedih, terharu. Hal itu membuat air matanya menetes.

“Gadis cantik ini terlalu mudah menangis... selalu saja menitikan air mata..” Ucap sebuah suara dari belakang Wookie.

Ia itu terkejut. Sepertinya ia mengenali suara itu. Perlahan, Wookie menolehkan kepalanya ke arah belakang, dimana suara itu muncul. Ia menyipitkan matanya, karena posisi laki-laki itu yang berada di bawah lampu, membuat matanya silau.

“Wookie ah...” Ucap suara itu lagi.

Wookie berjalan mendekat dan langsung memeluk orang itu, ketika ia telah dapat melihatnya dan yakin siapa dia. “Oppa....!” ucapnya di sela-sela isakannya.

Laki-laki itu membalas pelukan Wookie. Ia memeluk Wookie dengan sangat erat, seakan tak akan melepaskannya lagi. Ia mengecup dahi Wookie yang terhalang poni.

“Terimakasih karena menungguku..”

“Jahat, mengapa pergi begitu lama?” Ucapnya masih tetap terisak. “Kau tidak memberitahu kemana kau pergi, kau juga mengganti nomor teleponmu, bagaimana aku bisa menghubungimu?” Protesnya.

“Maafkan aku....” Ucap Jongwoon.

“Kau pikir itu cukup?”

“Jadi apa yang harus aku lakukan?”

“Diam di sini, seperti ini...” Ucapnya sambil mempererat pelukannya.

“Hei, aku tak dapat bernafas... kau ingin aku mati?” Jongwoon mengucapkannya setengah tertawa.

Akhirnya Wookie melepaskan pelukannya dan menatap Kim Jong Woon dalam-dalam.

“Aku merindukamu, Oppa...”

“Na do...” ucap Jongwoon sambil merapihkan rambut Wookie dan menyelipkannya diantara telinga.

“Wookie ah.....” Teriak seorang perempuan yang tiba-tiba datang ke tempat itu, membuat keduanya terkejut dan melepaskan pelukan mereka. “Yah, kau sudah kembali?” Seru Hyukkie, gembira.

“Hyukkie ah, selamat... kudengar kau sudah dilamar seseorang?” Kim Jong Woon mendekati Hyukkie sambil menjabat tangannya.

“Bagaimana kau tahu?” Tanya Hyukkie.

“Aku melihatnya..” Jawab Jongwoon

“Terimakasih Jongwonnie..” Hyukkie menepuk bahu Jongwoon. Saat itu, datang lah Donghae yang langsung merangkul pundak Hyukkie. “Oppa, perkenalkan, ini Kim Jong Woon, mantan rekan kerjaku,” Hyukkie memperkenalkan keduanya.

Setelah saling bersalaman, Donghae pamit untuk mengantar Hyukkie pulang. Sementara Jongwoon dan Wookie tinggal di tempat itu beberapa saat untuk saling berbicara, sebelum akhirnya pulang.

“Ehm, besok, ada jadwal?” tanya Jongwoon pada Wookie saat mereka sedang di jalan.

“Besok jadwalku cukup padat, Oppa. Tapi bila Oppa menginginkan kita bertemu, mungkin besok malam aku bisa. Sekitar pukul 11 malam, setelah ‘Golden Disk Award’, bagaimana?”

“Kau tidak lelah?” tanya Jongwoon.

“Setelah bertemu Oppa, lelahku akan hilang =)” Ucap Wookie sambil tersenyum.


^TBC^

FF: "A Whole New World" (World 4)

A WHOLE NEW WORLD - EPISODE 5
Cast: Kim Wookie; Cho Kyuhyun; Kim Jongwoon; Lee Minnie


Paginya, Kyuhyun telah dibawa pulang oleh keluarganya. Wookie, di sela kesibukannya, ia tetap menyempatkan diri untuk ikut menjemput Kyuhyun.

Sepanjang perjalanan, Kyuhyun dan Wookie tak berkata apapun. Kyuhyun hanya menatap Wookie yang tak kunjung menatapnya. Tiba-tiba, Kyuhyun memeluk Wookie dengan melingkarkan tangannya di sekitar pinggangnya.

Hal itu membuat Wookie terkejut. “Ehm, Kyuhyunnie ah... Ada kedua orang tuamu..” Wookie melepaskan tangan Kyuhyun yang berada di pinggangnya.


“Kau berubah, Wookie...” Ucapnya dalam hati. Menurut Kyuhyun, penolakan Ryeowook beda dari biasanya. Biasanya, Wookie menolak sesuatu yang dilakukan padanya sambil tersipu, lalu mengelus kepalanya sambil mengatakan bahwa ia tidak mau Kyuhyun melakukan sesuatu padanya. Kali ini berbeda, wajahnya terlihat benar-benar tidak menyukai perlakuan Kyuhyun itu.

“Tak usah malu, Wookie ah, kami juga pernah muda,” Ucap Ayah Kyuhyun. Wookie hanya tersenyum mendengar itu.

Tak lama, ponsel ibu Kyuhyun berbunyi, “Yeobseo? Kami sedang dalam perjalanan. Minnie ah.. bagaimana presentasi skripsimu?” tanya ibu. “Selamat!... iya.. Kami dalam perjalanan ke rumah. Nanti malam kau datang, yah, kami ingin merayakannya. Kalau bisa, ajak orang tuamu juga. Sekalian kita rayakan kesuksesanmu di sidng skripsi, bagaimana?” .... “Ah, tak perlu sungkan... Kau sudah sangat baik, terimakasih karena sudah menunggui Kyuhyun selama ini, Kami tunggu di rumah, ya!” ucap Ibu sambil menutup ponselnya.

“Dari Minnie ah? Apa katanya?” tanya ayah Kyuhyun.

“Sidang skripsinya berjalan lancar. Ia mendapat nilai yang baik,” Jawab Ibu.

“Syukurlah,” Ucap ayah Kyuhyun. “aku pasti akan menyesal, bila studinya terhambat,”

“Mengapa ayah harus menyesal?” tanya Kyuhyun.

“Bodoh, dia menungguimu selama kau koma. Hampir tiap malam ia menginap di rumah sakit untuk menungguimu,”

Kyuhyun terkejut. Selama mereka saling bicara, Minnie tak pernah mengatakan apapun mengenai itu.


Malam harinya,

Minnie datang bersama kakak laki-laki dan kedua orang tuanya. Sementara Wookie datang bersama manajer barunya, Hyukkie.

Di atas meja makan telah tersaji berbagai macam hidangan khas Korea *Walo punya datanya, G tetep bingung apa aja yah, yang disajiin?*. Mereka semua makan dengan tenang. Sementara Kyuhyun berfokus pada Minnie. Ia menatap gadis itu. Yang ditatap menyadari hal itu, namun ia terus menghindari tatapan Kyuhyun.

Setelah selesai makan, Minnie dan Wookie membantu mencuci piring, sementara Kyuhyun yang sedang menemani Hyukkie dan Donghae, kakak laki-laki Minnie, terus menatap gadis itu dari kejauhan.

Kyuhyun mulai kesal karena Minnie terus menghindari tatapannya. Ia berjalan ke arah kedua gadis itu, dan menarik Minnie ke halaman belakang. Orang tua mereka tidak melihat kejadian itu, tapi, Wookie, Hyukkie, dan Donghae melihatnya. Mereka terheran-heran.


Di halaman belakang, Kyuhyun memepet Minnie sampai gadis itu tak dapat pergi kemanapun, karena terhalang tembok, dan kiri-kanannya terhalang tangan Kyuhyun.

“Mengapa kau tak pernah mengatakannya?” tanya Kyuhyun dengan kasar. Minnie tampak ketakutan. “Kau yang menungguiku selama 3 tahun ini, kan? Mengapa kau tidak mengatakannya padaku?” Ucap Kyuhyun dengan suara keras. Minnie tak menjawab, matanya berkaca-kaca, dan tubuhnya gemetaran karena takut. “Maafkan aku, seharusnya aku tak seperti ini...” Ucap Kyuhyun, melepaskan Minnie. “Mengapa kau tak membiarkan aku mati?” tanyanya lagi sambil memukul tembok dengan kepalan tangannya. Minnie masih terdiam. “Kau tahu, selama aku koma, aku sering melihat seorang gadis menangis, memintaku untuk kembali. Gadis itu bukan Wookie. Aku akan mengenalinya kalau itu Wookie. Namun sekarang aku yakin kalau itu adalah kau, Noona...” Ucap Kyuhyun panjang lebar.

Minnie menunduk. Ia tak tahu harus berkata apa.

“Noona,” Panggilnya. “Ehm... Minnie ah,” Kyuhyung meralat caranya memanggil Minnie. “Apa yang membuatmu rela mengorbankan waktumu untukku? Apakah kau mencintaiku?” Tanya Kyuhyun bertubi-tubi.

Lagi-lagi Minnie diam seperti orang bisu. Ia menahan tangisannya agar tidak meledak di hadapan Kyuhyun. Namun karena tidak tertahan lagi, ia langsung pergi meninggalkan Kyuhyun. Laki-laki itu hanya menatap Minnie tanpa bisa menahannya untuk tidak pergi.

“Aaarrgh!!..” Teriak Kyuhyun kesal. “Mengapa aku mengucapkannya? Kau benar-benar bodoh, Cho Kyuhyun!! Tapi kau benar-benar bodoh bila melepaskannya,” batin Kyuhyun sambil menatap Minnie yang berlari menjauhinya..

Kyuhyun ikut berlari mengejar Minnie. Ia melihat gadis itu duduk di dekat kolam renang, tempat yang agak jauh dari rumah. Kyuhyun tahu betul sifat Minnie. Ia tak mungkin mau bertemu orang bila sedang menangis.

“Mianhae...” Ucap Kyuhyun sambil berjalan mendekat. “Minnie ah, aku tahu kau mencintaiku. Kau dan Wookie, 2 orang teman terdekatku. Aku telah mengenal kalian sejak lama. Kalian berdua tidak akan bisa membohongiku,” Ucap Kyuhyun, menggenggam tangan Minnie. “Minnie ah, menikahlah denganku,” ucap Kyuhyun, sambil memperat genggaman tangannya.

Minnie terkejut dan menatap Kyuhyun tepat di matanya. Laki-laki itu juga sedang menatapnya.

“Mungkin aku tak pantas untukmu, kau seorang calon pengacara, sementara aku, aku hanyalah....”

“Ssh...” Minnie mendesis, meminta Kyuhyun untuk diam. “Kau sudah terlalu banyak bicara,” Ucap Minnie perlahan, membalas genggaman tangan Kyuhyun.

“Jadi kau mau menjadi istriku?” Tanya Kyuhyun, memastikan.

“Aku..”

“Kau tak perlu khawatirkan Wookie. Aku tahu, selama aku tak sadarkan diri, ia telah menemukan cinta yang baru. Dan selama itu juga, ternyata Tuhan menciptakan cinta yang baru untukku..”.

Minnie terdiam beberapa saat. “Kau selalu banyak bicara,” Ucapnya. “Tapi aku menyukai itu. Aku mau menjadi istrimu...” Sahut Sungmin, singkat.

“Benarkah?” tanyanya senang. Kyuhyun langsung berdiri dan meloncat-loncat kegirangan seperti anak kecil. Sesaat kemudian, ia menarik Minnie dan membawanya berlari ke dalam rumah. Ia membawa Minnie ke hadapan orang tuanya dan orang tua Minnie yang sedang berbicara di ruang keluarga.

Wookie, Hyukkie, dan Donghae yang dilewati mereka, merasa terkejut. Ketiganya mengikuti Kyuhyun dan Minnie ke ruang keluarga.

“Ayah, Ibu, Paman, Bibi, Aku meminta ijin untuk dapat menikah dengan Minnie...”

“Jangan bodoh, bagaimana dengan Wookie?” Tanya Ayah Minnie.

“Ehm...”

Wookie, yang mengikuti Kyuhyun dan Minnie, bersama Donghae danHyukkie, masuk ke ruangan itu dan menghampiri mereka. “Terimakasih atas pengertiannya, Kyuhyunnie,” Ucapnya. “Paman, bibi, maafkan aku, telah mengecewakan kalian,” Ryeowook menunduk. “Aku telah memutuskan untuk menunggu Kim Jong Woon, laki-laki yang aku cintai,” Ucap Wookie, yakin.

Semua mata menatap Wookie karena terkejut.

“Penantianku selama 3 tahun untuk Kyuhyun tidaklah sia-sia. Dalam waktu 3 tahun itu, aku bertemu dengan Jongwoon Oppa,” Ucapnya. “Karena Kyuhyun juga aku dapat bertemu dengannya,” Tambahnya.

“Baiklah kalau begitu, ayah dan ibu mengizinkanmu untuk melamar Minnie, namun setelah kondisimu benar-benar baik,” Ucap Ayah Kyuhyun. “Bagaimana dengan kalian, Tuan dan Nyonya Lee?” tanya Ayah Kyuhyun pada orang tua Minnie.

“Kami menyerahkannya pada Minnie,” Jawab Ayah Minnie. Minnie mengangguk dengan wajah tersipu. Ayahnya tertawam “Putri kami terlalu pemalu, baru begini saja, wajahnya sudah memerah...”

Minnie masih tersipu dengan tangannya menggenggam jari tangan Kyuhyun.



^TBC^

Rabu, 20 Juli 2011

FF: "A Whole New World" (World 3) Part 2

***PREVIOUS***


Tepat di luar ruangan, saat menutup pintu kamar, air mata Wookie jatuh tak terbendung. Ia berlari ke luar rumah sakit untuk mencari Jongwoon, namun tak menemukannya.

1 jam.... 2 jam.... Wookie tak kunjung kembali. Akhirnya Kyuhyun memutuskan untuk tidur. Beberapa jam kemudian, Kyuhyun membuka matanya. Antara sadar dan tidak. Ia melihat seorang gadis dengan gaun putih. Rambutnya berwarna coklat kepirangan, persis sosok dalam mimpinya, yang tak pernah menampakan wajahnya, yang selalu terlihat menangis untuknya.

Tak lama, gadis itu berbalik ke arahnya. Mata mereka bertemu, dan sang gadis tersenyum. “Kyuhyun ah, kau sudah bangun?” Sapanya.

“Kau siapa?” tanyanya dengan wajah terkejut.

“Lupa pada Noona?” Gadis itu mendekat.

“Minnie Noona?” Ucapnya tak percaya.

Minnie tersenyum dan mendekat sebelum akhirnya memeluk laki-laki yang sudah seperti adikknya sendiri itu.

“Sejak kapan Noona ada di sini?” tanya Kyuhyun.

“Sejak kau sedang tidur..” jawab Minnie, melepaskan pelukannya dan duduk di kirsi sebelah tempat tidur Kyuhyun. “Selamat, ya... kau sudah kembali =)” Ucap Minnie.

Kyuhyun mengangguk sambil tersenyum tipis. “Noona, ada yang ingin kutanyakan...” ucap Kyuhyun, dengan wajah serius. Minnie mendekat dan melihat wajahnya dengan tatapan serius pula. “Wookie, apakah dia dan manajernya itu...”

“Itu hanya gosip,” Potong Minnie ketus.

Melihat reaksi Minnie yang seperti itu, Kyuhyun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut. Ia semakin curiga.


Sementara itu, Wookie tengah mencari Jongwoon ke tempat yang mungkin dia kunjungi. Apartemennya sudah ia tinggalkan. Ia pergi ke bar tempat mereka biasanya merayakan kemenangan Wookie, lagi-lagi ia tak ada di sana. Wookie putus asa. Nomor telepon Jongwoon pun tidak aktif. Benarkah ini akhir dari semuanya? Apakah ia benar-benar tidak akan bertemu dengan manajernya itu?

Wookie mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Air matanya tak dapat berhenti sejak tadi. Pikirannya kacau. Kyuhyun sadar disaat ia merasakan adanya perasaan lebih terhadap sang manajer, saat perasaannya pada Kyuhyun ingin ia lupakan.

Ia berhenti di sebuah gedung tempat rumah produksinya berada. Berjalan memasuki gedung itu dan menaiki lift sampai ke lantai 7. Di sana ada sebuah ruangan, ruangan sang manajer. Tempat yang biasa mereka habiskan untuk bersama, baik untuk menciptakan lagu, maupun berdiskusi, bahkan sound checking. Terdapat sebuah keyboard yang tersambung ke komputer. Itu biasa digunakan Jongwoon untuk membuat arrangement.

Pintunya tidak terkunci. Wookie masuk dan duduk di atas kursi, tempat biasa ia duduk. Ia benar-benar belum percaya, bahwa hari esoknya tak akan bersama Jongwoon lagi.

Ingatannya kembali ke saat pemimpin rumah produksi memecat Jongwoon. “Mengapa tidak membiarkan aku yang dipecat? Mengapa harus mengorbankan diri untukku?” Tangis Wookie.

Matanya tertuju pada sebuah agenda berwarna hitam, berukuran 20x14cm. Ia mengambil agenda itu dan membukanya.

Milik Jongwoon. Jongwoon menempelkan beberapa foto Wookie yang ia ambil diam-diam, baik saat Woookie tertidur pada sesi latihan, maupun saat ia sedang serius. Ada catatan perhitungan jumlah album yang laku terjual, jadwal show/performance, sampai beberapa tulisan, yang mungkin adalah lagu ciptaannya.

Itu membuat Wookie tersenyum. Namun hati Wookie kembali sakit saat ia melihat tulisan Jongwoon yang ada di halaman agak akhir, tertanggal hari kemarin.

"Aku tidak mau terjaga dari mimpi yang singkat ini
Karena di dalam mimpi itu, aku merasa sangat bahagia
Aku tertawa seperti orang bodoh
tawa yang hanya seperti desahan kecil

Aku sadari, aku bukan orang yang baik
Tapi aku tidak tahu, orang jahat itu yang seperti apa

Aku khawatir karena kebaikanmu
Mungkinkah seseorang dapat berbahagia?
Meskipun kau tidak membutuhkan orang seperti aku

Aku sangat tahu, diriku memiliki banyak kekurangan
Tapi aku tidak tahu, aku ini orang yang seperti apa

Cintai aku satu kali saja
Kau tidak harus melupakan apapun
Sebentar saja, pikirkan aku,
Berikan sedikit saja waktumu untukku

Di jalan yang bersalju ini, tak peduli bagaimana, aku mencium harum tubuhmu, yang penuh kenangan, bahkan sampai saat ini.
(Just You/Geugotpoonieyeo by Suju; Indonesian translation by: Daemoon)


Air mata Wookie yang tadinya hampir surut karena foto-foto yang Jongwoon tempel, kembali menetes karena kata-kata di buku itu.

“Wookie ah..” Suara seorang wanita dari luar pintu.

“Hyukkie Eonnie?” ucapnya terkejut. Ia segera menyeka air matanya.

Wanita yang dipanggil ‘Hyukkie Eonnie’ itu menghampirinya dan memeluk Wookie, mengelus kepalanya.

“Dia sudah pergi, Eonnie.. Eonnie tahu, kemana dia pergi? Kapan ia akan kembali?” tanya Wookie di sela tangisnya.

“Maafkan aku, Wookie,” Sahut Hyukkie. “Kau sangat kehilangan dia, yah?” tanyanya. “Kau jatuh cinta padanya, Wookie?”

“Eonnie...” Wookie terisak. “Mengapa aku baru menyadarinya saat ia sudah pergi. Dan mengapa harus disaat Kyuhyun sadar?” Ucapnya dalam tangisan yang tak dapat ditahan lagi. “Aku seperti diminta untuk memilih, Kyuhyun atau Jongwoon Oppa”.

“Tapi saat ini kau tak harus memilih, Wookie.. Kyuhyun sudah sadar, dan Jongwoon sudah pergi,” Ucap Hyukkie, mencoba menguji Wookie.

“Tapi aku telah mencintai Jongwoon Oppa...”

“Kau sudah memilih, kan?” Ucap Hyukkie, bijak, sambil tersenyum.

“Tapi bagaimana dengan Kyuhyun, Eonnie?”

“Tunggulah saat yang tepat, baru kau katakan itu padanya,” Ucap Hyukkie.

Hari itu, Wookie memutuskan untuk kembali menyimpan hatinya. Ia tak akan memberikannya pada Kyuhyun. Ia akan menyimpannya untuk Jongwoon, yang sekarang entah berada dimana dan tak tahu kapan akan kembali.

^TBC^

FF: "A Whole New World" (World 3) Part 1

Tittle : A Whole New World
Main Cast : Wookie, Kyuhyun.
Other Cast : Minnie, Kim Jong Woon, Lee Soo Man, Hyukkie, Donghae, Ortu Minnie dan Ortu Kyuhyun
Soundtrack: The One I Love - SuJu


"Seharusnya aku tidak melakukan hal ini
Aku tahu, aku tidak bisa mencintaimu
Pengakuanku akan membuatmu semakin terluka"
(The One I Love - SuJu; Indonesian Translator: Daemoon)

Kyuhyun terbangun dari tidur panjangnya. Matanya melihat seisi ruangan. Ia sama sekali tak mengenali ruangan ini. “Di mana ini? Apa yang terjadi padaku?” pikirnya saat melihat masker oksigen di atas wajahnya. Ia menaikan tangan kirinya, namun ada selang infus di sana. Kemudian ia teringat akan kejadian yang dialaminya bersama teman-teman sepulang kelulusan sekolah.

“Kecelakaan itu..” batinnya.

Lalu ia melihat ke arah tangan kirinya seorang gadis yang tertidur sambil menggenggam tangannya.

“Wookie ah...” Ucapnya pelan. Hatinya sangat gembira mendapatkan orang yang ia cintai berada di sampingnya.

Wookie merasakan di ruangan itu ada ‘pergerakan manusia’. Ia terbangun, melihat mata Kyuhyun telah terbuka.

“Kyuhyunnie...” Ucapnya sambil tersenyum dengan mata sembab karena semalaman menangis. “Kau sudah sadar?”

Kyuhyun hanya tersenyum, karena mulutnya terasa sulit untuk mengucapkan kata-kata.

“Yah, aku panggil dokter sebentar,” Ucap Wookie sambil berjalan keluar ruangan.

Saat Wookie ke luar ruangan, Kyuhyun merasakan hal yang berbeda. Meskipun orang yang pertama ia lihat adalah kekasihnya, entah mengapa hati Kyuhyun merasakan sesuatu yang hampa. Yang ia inginkan saat itu adalah Wookie, orang yang ia rindukan, memeluknya. Namun Wookie tidak melakukan itu. Ia malah memanggil dokter. Ia mencoba berpikir logis, bahwa Wookie melakukan itu karena mempedulikan dirinya juga. Mungkin memang prosedurnya seperti itu.

Tak lama, dokter datang bersama 3 orang suster. Mereka memeriksa Kyuhyun dan melepaskan masker oksigennya.

“Ini keajaiban, kau koma selama 3 tahun, dan sekarang kau sudah sadar... Selamat Tuan Cho,” Ucap Dokter.

“Mwo? 3 tahun?” Kyuhyun terkejut. “Benarkah itu, Chagi?” tanya Kyuhyun perlahan pada Wookie.

Wookie tersenyum, “Aku akan menelepon paman dan bibi...” Wookie ke luar ruangan dan menelepon kedua orang tua Kyuhyun.

Sekitar setengah jam kemudian, kedua orang tua Kyuhyun datang. Mereka tampak bahagia karena putranya telah sadar. Mereka memeluknya. Sementara Kyuhyun sendiri masih terheran-heran. Ia benar-benar tak percaya akan hal itu. 3 tahun tak sadarkan diri? Namun yang paling ia syukuri, tak seorang pun dari mereka yang membiarkannya mati. Tanpa terasa, air matanya menetes.

“Yah, Kyuhyun... Kau harus berterimakasih pada Wookie ah... Dialah orang yang menolak dengan tegas saat kami memutuskan untuk merelakanmu,” Ucap ayah.

“Benarkah itu, Chagi?” tanya Kyuhyun.

“Wookie bahkan tidak melanjutkan kuliahnya, demi mencari uang untuk biaya pengobatanmu,” Tambah ibu.

“Paman, bibi.. tak perlu begitu..” Wookie tersenyum malu mendengar kata-kata orang tua Kyuhyun.

“Terimakasih, Chagi...” Kyuhyun menggenggam tangan Wookie. “Ngomong-ngomong, kau bekerja sebagai apa?” tanyanya.

“A, aku... aku...” Wookie ragu menjawabnya.

“Sekarang, Wookiemu sudah menjadi artis terkenal,” Jawab Ibu.

Kyuhyun terkejut. Ia tak dapat mengatakan apapun. Ia menatap Wookie dari kepala hingga kaki. Memang banyak perubahan dalam fisik Wookie. Rambutnya yang awalnya berwarna hitam, sekarang menjadi coklat muda. Penataan rambutnya lebih rapih dan stylish. Pakaiannya yang biasanya sederhana, hanya kaos dan celana pendek, saat ini ia menggenakan tank top hitam dipadu cardigan jaring warna merah. Celana yang ia gunakan pun tampak mengkilap.

Sejak sadar, ia baru menyadari perubahan itu. Bahkan ia heran, apakah yang ada di hadapannya ini masih Wookienya?

“Ehm, baiklah, rasanya kalian belum terlalu banyak bicara... Kami tinggalkan kalian berdua, yah!” Ucap ayah.

“Yeobo... Aku masih merindukan putra kita...” Ibu menolak pergi.

“Ayolah, tak lama lagi , Kyuhyun akan pulang.... Artinya, kita akan memiliki lebih banyak waktu dengan kita. Ibu tahu, kan, Wookie sangat sibuk...”

“Baiklah...Kami tinggal, ya...” Pamit ibu.

Sepeninggalan mereka, keduanya terdiam. Sama sekali tak ada kata-kata yang diucapkan, hingga Kyuhyun akhirnya membuka pembicaraan. “Wookie ah... 3 tahun itu, lama sekali, yah!” Ucapnya. “Aku bahkan tak tahu, apa yang terjadi selama 3 tahun ini. Kau banyak berubah..” Ucapnya sambil tersenyum. “Apakah 3 tahun ini kau menemukan orang yang lebih baik dari aku?” tanyanya.

“Ehm... Aku..”

“Ya?” Ucap Kyuhyun.

“Wookie ah...” pintu kamar Kyuhyun terbuka. Seorang laki-laki berambut coklat, dengan kaos hitam dan celana panjang yang berwarna senada dengan atasannya, memakai tas ransel di punggungnya, muncul dari balik pintu. Dia membuat Kyuhyun dan Ryeowook terkejut. Sebaliknya, ia pun terkejut melihat Kyuhyun sadar. “ah.. Kyuhyun Sshi....” Ucapnya. “Kau sudah sadar?”

Kyuhyun terkejut. Ia bahkan tak mengenali orang yang memanggil namanya itu. “Maaf, Anda siapa?” Tanyanya sambil mengerutkan dahi.

Laki-laki itu menundukan kepalanya beberapa saat untuk memberi hormat. “Kim Jongwoon Imnida. Aku manajer Wookie, ehm, mantan manajer,” Ucap Jongwoon.

Entah mengapa, hati Wookie sangat sakit mendengar itu. Matanya kembali berkaca-kaca.

“Aku datang ke sini untuk pamit, itu saja. Aku telah berhenti dari rumah produksi itu, Jadi aku datang ke sini untuk pamit,” Ucap Jongwoon. Ia mengulang-ulang kalimat yang ia ucapkan karena gugup.

“Arasso...” Ucap Kyuhyun. “Terimakasih karena telah menjadi manajer Wookie”.

“Tak perlu sungkan,” Balas Jongwoon. “Wookie ah, aku pergi dulu, selamat tinggal,” Ucap Jongwoon pada Wookie. “Kyuhyun Sshi, selamat atas kehidupanmu yang baru. Kau beruntung memiliki Wookie,” Ucapnya sambil menutup pintu.

Kembali ruangan itu menjadi sunyi. Wookie terlihat kaku. Tangannya mengepal di atas kedua lututnya. Ia duduk di kursi dengan posisi tegap. Tatapannya kosong, namun terlihat bahwa matanya berkaca-kaca.

Kyuhyun bingung melihat Wookie seperti itu. Ia mencoba membaca situasi. Dadanya terasa berat saat memikirkan kemungkinan yang terjadi, “Woo..”

“Ehm... Kyuhyunnie, aku ke luar sebentar, ya..” ucapnya dengan suara bergetar, sambil berdiri dari kursi dan pergi sebelum Kyuhyun mengucapkan sesuatu. Ia bahkan tak melihat tangan Kyuhyun yang mencoba meraih tangannya agar tidak pergi.

Kyuhyun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia memejamkan matanya untuk menenangkan diri dan mencoba untuk tersenyum, menerima setiap kemungkinan yang terjadi.

>>>NEXT>>>

Minggu, 10 Juli 2011

Sarangi Ireokhe (Chapter 3)

Sarangi Ireokhe
Main Cast : Kim Heechul, Choi Siwon, Kim Ryeowook, Kim Yesung


Hari ini adalah hari valentine, hari yang dinantikan seluruh masyarakat Korea, khususnya para anak muda. Chullie, meski usianya tak dapat dikatakan muda (namun tak dapat dikatakan tua juga), ia mempersiapkan beberapa potong cokelat untuk dibagikan kepada teman-temannya. Ia sangat mengerti kesibukan kekasihnya, Kyuhyun.

Kekasihnya, yang merupakan asisten dosen pasti akan sibuk, karena hari valentine tahun ini bertepatan dengan hari ujian. Namun tak mungkin juga baginya untuk merayakan valentine dengan kekasihnya yang juga saudara tirinya, Siwon.

“Wookie ah, nanti kau akan pulang dulu atau pergi dengan calon kekasihmu itu?” tanya Chullie.

Wookie tersipu, “Onnie ah...” Ucapnya. “Aku akan pulang dulu. Mana mungkin aku pergi menggunakan seragam!” Wookie tertawa kecil. “Yesungie ah, nanti temani aku yah!” Pinta Wookie.

“Hmm... ne...” Ucap Yesung pelan.

“Mworago?.. Kau mau berkencan, mengapa mengajak Yesungie? Mengapa tidak kau minta saja laki-laki itu menjemputmu?” Seru Kangin Appa.

Wookie hanya tersenyum, tanpa menjawab pertanyaan Kangin Appa. “Jja...! Ayo kita berangkat!” Seru Wookie pada ketiga kakaknya.

Setelah pamit, keempatnya menaiki mobil. Seperti biasa, Yesung dan Siwon duduk di depan, sementara Wookie dan Chullie di depan.
Sepanjang perjalanan, mereka berempat tak bersuara. Chullie memikirkan testnya, sementara Siwon sibuk menyupir. Walaupun demikian, Siwon masih tanggap dengan perilaku adik kembarnya. Ia mengintip dari kaca, apa yang dilakukan mereka.

Wajah Wookie tampak seperti biasanya, senyum manis selalu menghiasi wajahnya yang melihat ke luar jendela. Sementara Yesung, yang beberapa hari ini selalu tertidur selama perjalanan, kali ini ia tidak terlelap. Ia menatap ke luar jendela mobil dengan tatapan kosong.

Sekali-sekali, Siwon ingin sekali dapat membaca pikiran orang agar dapat menerka apa yang sedang dipikirkan adik laki-lakinya itu.“Yesungie, sudah sampai...” Ucapnya untuk ketiga kalinya, setelah mereka tiba di depan gerbang sekolah.

Kali ini Wookie yang turun lebih dulu membukakan pintu untuk kembarannya. Setelah keduanya turun, Chullie langsung pindah ke depan dan meminta Siwon untuk menunggu beberapa saat. Ia ingin mengamati kedua adiknya.

Menurut Chullie, keduanya terlihat berbeda. Wookie biasanya menggandeng lengan Yesung, namun kali ini tidak. Bahkan terdapat jarak yang cukup jauh di antara mereka.

“Mungkin menjaga jarak, kan Wookie akan segera mendapatkan orang yang ia cintai,” Ucap Siwon, menerka yang ada di pikiran Chullie.

“Kasihan Yesungie...” Gumam Cullie pelan, namun cukup terdengar di telinga Siwon.

“Mengapa kasihan? Bukankah tiap orang memang akan menemukan pasangan hidupnya? Cepat atau lambat, Yesung juga akan bertemu dengan orang yang ia cintai”.

“Ne, Siwonnie...” Chullie terdiam setelah merespon kata-kata Siwon.

Pikirannya tertuju pada masa yang akan datang, dimana ia harus membacakannya di depan para dosen. Hanya 3 orang dosen memang. Yang satu adalah orang yang 2 kali tidak meluluskannya; orang yang membuat kepalanya tidak dapat berpikir jernih; orang yang membuat jantungnya berdebar tiga kali lebih kencang, dari kecepatan mobil yang dikendalikan Yesung saat sedang kesal; orang yang membuatnya melupakan setiap kata yang ada dalam naskah sajak. Sedangkan yang lainnya adalah kekasihnya, Cho Kyuhyun.

Mungkin saja Kyuhyun akan meluluskannya. Namun sekalipun ia lulus, tetap saja ada rasa khawatir dalam pikirannya. Takut akan kehilangan sosok yang kerap ingin ia hindari. Takut tak dapat lagi melihatnya.

Siwon menjalankan mobilnya. “Yah... Chullie ah, kau kenapa?” tanya Siwon, yang merasakan ketidakberesan dari Chullie.

“Gwaenchana...” Jawabnya lemas.

Siwon menyisikan mobilnya dan mendekatkan wajahnya pada Chullie, “Gadis secantik ini, mana boleh tidak tersenyum,” Ucapnya sambil mencubit pipi Chullie yang putih bersih. Chullie tetap tidak bereaksi. Siwon kembali menjalankan mobilnya. “Kau dingin sekali hari ini... Apakah kekasihmu yang tampan ini akan mendapatkan sesuatu di hari valentine?” Tanya Siwon dengan nada menggoda.

“Mianhaeyo... Aku tak mempersiapkan apapun,” Jawab Chullie.

“Ha... Padahal aku sudah menunggu hari ini...” Siwon mengatakannya dengan nada kecewa yang dibuat-buat. “Lalu sore ini, apa kau ada rencana pergi ke luar?” Tanya Siwon. Chullie menggeleng.

“Sebenaranya tidak ada... tapi aku memang tak ada mood untuk pergi ke luar....” Jawab Chullie.
“Arrasso...” Siwon, memarkirkan mobilnya.

Chullie berjalan dengan langkah lunglai menuju ruang teater. Kepalanya menatap lantai. Ia benar-benar merasa tak bersemangat untuk menjalani kelas.

“Chullie ah...” Panggil seseorang. Chullie melihat ke arah orang itu. “Sudah belajar? Chagi ah, Hwaiting!” Ucapnya.
Itu kekasihnya. Namun ia merasa tak memiliki kekuatan untuk menjawabnya dan hanya memberikan jawaban dengan senyum terpaksa.
Beberapa saat kemudian, seluruh mahasiswa telah berkumpul di ruangan. Chullie menatap tim penilai. Seluruhnya ada 3 orang; Kyuhyun, Zhoumi Laoshi, Songqien Laoshi. Hey, kemana Pak Hangeng? Matanya menjelajah ke sekitar ruangan mencari laki-laki itu. Namun ia tetap tidak menemukannya.

Chullie mulai gelisah. Ia tak dapat menghentikan rasa cemasnya. Ia terus melihat ke sekitar.

“Anyeonghasaeyo..” Ucap Kyuhyun, yang saat ini sedang berbicara di hadapan para mahasiswa. “Hari ini, akan diadakan ujian sajak dan puisi. Mengenai kriteria kelulusan, kita sudah membahasnya tempo hari, dan akan berjalan sebagaimana yang sudah disepakati. Berkaitan dengan hal ini, Aku, Cho Kyuhyun akan menilai pelafalan Bahasa Mandarin, Songqien Laoshi akan menilai kelancaran, dan Zhomi Laoshi, akan menggantikan Hangeng Laoshi, untuk menilai penghayatan dan ekspresi wajah. Sampai di sini, apakah ada yang ingin ditanyakan?”

“Apa? Dia tidak datang? Mengapa?” Batin Chullie, seolah ingin meneriakan hal tersebut. Setidaknya, bila ia berteriak, mungkin saja ada yang akan memberitahukannya, dimana orang itu berada saat ini. Wajah Chullie terasa agak panas. Sebenarnya ia ingin menangis, namun apa jadinya kalau ia menangis tepat sebelum ujian.

“Kim Heechul Ssi..” Panggil Kyuhyun. “Kau mendapat kesempatan pertama untuk membacakan sajak yang kau pilih”.

Chullie berjalan menuju panggung. Ada sekitar10 meter, jarak dari tempat duduknya tadi sampai panggung. Ia membutuhkan waktu 30 detik untuk sampai di sana.
Tiga puluh detik itu merupakan waktu yang berharga bagi Chullie, karena dalam saktu sesingkat itu ia harus dapat menata hati dan pikirannya, sebelum ia terlanjur naik ke panggung dan mengacaukan segala hal yang telah ia persiapkan sebelum ujian.
Chullie berjalan dengan penuh percaya diri, kepalanya tegap. Ia menggenakan gaun brokenwhite motif bunga-bunga kecil warna coklat dan orangye muda, dipadu dengan sepatu putih, terlihat anggun. Rambut hitam sebahunya ia biarkan terurai, dengan hanya menggenakan bando pita yang bagian bawahnya ia ikat di belakang lehernya.
Chullie membungkukkan badannya, memberi hormat pada semua dosen penilai. “Anyeonghasaeyo, Kim Heechul imnida. Saya akan membacakan sebuah puisi milik Zhoumi Laoshi, “Ikatan Takdir”. Saya telah menyiapkan ini sejak lama, dan hari ini saya bahkan tidak menyangka kalau Zhoumi Laoshi akan datang menjadi Tim Penilai pada hari ini. Saya harap Zhoumi Laoshi tidak tersinggung, bila ada bagian dari sajak ini yang tidak tepat dalam

“Mudah saja... Hanya tidak perlu meluluskanmu..” Gurau Zhoumi Laoshi, sambil tersenyum ramah. Beberapa orang ada yang tertawa. Chullie sendiri tersenyum. Ia merasa sedikit relax dengan gurauan dari Zhoumi Laoshi.



Ikatan Takdir

Dunia bagaikan sebuah benteng di tempat terpencil
Memisahkan 2 orang yang harus saling bertemu satu-sama lain
Sampai pada hari dimana terompet bertiup mengumumkan bersatunya 2 manusia yang saling mencintai

Aku ada di sini, dan kau ada di seberang sana
Melihatmu tersenyum
Sama-sama menyaksiakan berlalunya siang dan malam
Di tepi laut ini, aku mengulurkan tanganku padamu
Keberanian membuatku ingin mengejar ikatan takdir ini

Lonceng berbunyi dengan suara D minor
Betapa indahnya dongeng ini
Kita tidak memerlukan burung kebahagiaan
Kita hanya saling membutuhkan satu sama lain untuk bersandar


Cinta seperti jalan yang ditutupi permadani dan aku bisa memelukmu pada akhirnya
Menemukan takdir, yang merobek waktu, dimana aku merasakan cinta yang sesungguhnya
Ikatan takdir dari 2 orang yang berada pada 2 jalan, dan berakhir pada titik yang sama
Kau adalah hal terindah di bulan April
Setiap bagian dari kenangan, berkumpul menjadi satu dalam sebuah daftar

Menemukan takdir, seperti merasakan surga tepat di sisimu
Kebahagiaan terlihat di antara celah-celah jari tangan yang saling bertaut
Melalui tatapan mata, tak perlu kata-kata
Hanya perlu saling melihat, untuk dapat mendengarkan apa yang ingin diucapkan
Harmoni tanpa suara, yang berlangsung selamanya dan tidak pernah berubah
Aku mencintaimu setiap hari
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chullie membacakan sajak itu dengan penuh penghayatan. Kali ini ia dapat fokus pada sajaknya, karena tidak ada Hangeng Laoshi di sana. Namun tetap saja, dalam hatinya, ia merasa ada yang kosong tanpa kehadiran laki-laki itu.


“Yah, Heechul Ssi!” Ucap Zhoumi Laoshi, setelah Chullie mengakhiri pembacaan sajaknya. “Kau membacakan sajak itu dengan baik. Namun aku, sebagai orang yang menulisnya dapat merasakan, ada hal yang tidak tepat dari caramu merasakan isi dari sajak itu. Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?” Tanyanya.

Chullie menatap Laoshi sejenak, ia berpikir apa yang harus ia katakan. Memang benar, apa yang ia rasakan saat itu tidak sesuai dengan isi sajak yang menggambarkan kebahagiaan seseorang saat menemukan pasangan hidupnya. Tapi tidak mungkin baginya untuk mengatakan hal itu. Bagaimanapun juga, Kyuhyun, kekasihnya, berada di tempat itu. “Ehm.... itu...”

“Tidak usah dijawab. Aku hanya ingin tahu reaksimu. Dari situ aku dapat mengetahuinya,” Ucap Zhoumi Laoshi sambil menuliskan sesuatu pada buku yang ada di hadapannya.

“Heechul Ssi, pelafalanmu baik. Itu saja dariku,” Ucap Kyuhyun.

“Kau sudah lancar dalam membacakannya. Tidak ada kesalahan sama sekali. Sempurna,” Ucap Songqien Laoshi.

"Terimakasih, para Laoshi sekalian,” Chullie membungkukan badannya, memberi hormat pada mereka, sebelum ia pergi.


Dari tempat itu, ia berjalan menuju kantin. Teman yang biasanya bersama dengan dia masih di aula,sehingga ia harus menunggu mereka untuk memberikan beberapa coklat.
Dalam perjalanannya, ia berhenti sejenak, begitu tiba di depan ruangan Hangeng Laoshi. Ia mengamati ruangan itu untuk beberapa saat.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Chullie terkejut dan berniat meneruskan langkahnya menuju kantin. Namun saat kakinya melangkah, seseorang dengan 5 buah buku tebal, yang tampak keluar dari ruangan itu menabraknya.

3 buku buah buku tebal jatuh tepat di atas perut Chullie. Gadis itu meringis kesakitan, sementara orang yang menabraknya masih mempertahankan 2 buah buku lain di tangannya, sebelum akhirnya melihat ke arah Chullie.

“Heechul Ssi...” Ucapnya terjeut. Karena terkejut, ia menjatuhkan 2 buku sisanya di atas lantai, dan berjongkok. “Gwaenchanayo?”

“Ha, Hangeng Laoshi?” Chullie berkata dalam hati. Ia ingin menjawab pertanyaan Hangeng yang saat ini ada di hadapannya. Tapi semua kata-katanya tercekat di tenggorokan. Ia tak dapat berucap sepatah kata pun.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk Chullie. Chullie meraihnya. Telapak tangan itu terasa begitu hangat di tangan Chullie yang sedari tadi sudah dingin.

“Tanganmu berkeringat dingin... Apakah kau sakit?” Tanya Hangeng padanya.
Chullie masih menatap Laoshinya itu dengan tatapan tak percaya.

“Hey,,, Gwaenchanayo?”

“Ah.. Iya.. Aku baik-baik saja. Tak perlu mengkhawatirkanku,” Ucap Chullie.
Hangeng kembali berjongkok untuk mengambil buku-buku yang terjatuh ke lantai. Chullie dengan tergesa-gesa ikut berjongkok, hendak mengambil buku-buku. Dan saat tangan mereka hampir meraih buku, kepala mereka saling berbenturan.

“Ah.. Dui bu qi....” Ucap Hangeng, bersamaan dengan Chullie yang mengucapkan, “Mianhae...”

Menyadari perbedaan bahasa yang mereka ucapkan, padahal artinya sama, keduanya sama-sama tertawa ringan.

“Beginilah, saat gugup, aku langsung mengatakan kata-kata dalam bahasa China, bukan Korea,” Hangeng menggaruk kepalanya, dengan mata masih mengarah ke buku.
Chullie melihat itu. Ia tersenyum karena ucapan dan tingkah laku Laoshinya.

“Mengapa harus gugup?” Pikirnya. “Kupikir, sebagai seorang yang dingin, kau dapat menahan rasa gugupmu. Apakah mungkin kalau kau menyukaiku juga, Laoshi?” Mata Chullie terbuka lebar, berbunga-bunga, mendengarkan apa yang ada dalam bantinnya.

“Kim Heechul Ssi...” Panggil Hangeng, sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan mata Chullie.

“Eh?” Chullie terkejut.

“Kau, setelah ini, apakah ada kegiatan?” Tanya Hangeng.

“Ti.. Ti... Ti.... Tidak,” Ucapnya gugup. “Semua temanku masih di aula,” Ucap Chullie.

“Kalau begitu, maukah membantuku membawa buku-buku ini ke rumah?” Tanya Hangeng. “Sebenarnya masih ada banyak buku yang harus kubawa,” Hangeng menjelaskan tujuannya.

“Ya, ya... Aku mau,” Mata Chullie berbinar menerima ajakan Hangeng.
Keduanya masuk ke dalam ruangan Hangeng dan menggotong sebuah dus, yang ukurannya cukup besar dan berat.

“Ini semua buku-bukuku. Maaf sudah merepotkanmu,” Ucap Hangeng.

“Tak apa... aku senang bisa membantu Laoshi”.
Mereka memasukan dus itu ke bagasi mobil Hangeng, kemudian melaju ke rumahnya.


^TBC^

Rabu, 29 Juni 2011

FF: "A Whole New World" (World 2) Part 2

<<<Prev<<

Jongwoon berlari ke luar gerbang sampai ia hampir tertabrak sebuah mobil sedan putih yang modelnya agak kuno. Ia mengetuk kaca mobil yang berhenti mendadak karena ulahnya. Si pengemudi membukakan kunci pintu mobil itu dari dalam, kemudian kembali menjalankan mobilnya setelah Jongwoon naik.

Jongwoon bernafas lega, “Kamshamnida...” Ucapnya.

“Nde.. Kau? Manajernya Wookie, kan?”

“He?” Jongwoon terkejut melihat ke arah pemilik mobil yang ternyata seorang perempuan cantik dengan matanya yang bulat dan kulitnya yang putih mulus. Wajahnya tidak memakai make up, namun sudah cantik alami. Ia seperti pernah melihat gadis itu.

“Lee Minnie Imnida...” Ucap Minnie sambil tersenyum.

“Aku ingat.. kau sahabat Wookie, kan? Minnie Sshi? Terimakasih telah menyelamatkanku!” Ucapnya.

“Kau, mengapa ada di apartemennya Wookie sepagi ini? Gosip tentang kau dan Wookie tak benar, kan?” tanya Minnie bertubi-tubi.

“Ehm... soal itu...” Jongwoon terdiam.

“Jadi itu benar?” Minnie menebak.

“Sampai tadi malam, hal itu hanya gosip...” Jongwoon menjawabnya dengan lemah. Ia merasa mungkin saja gadis itu akan marah padanya, mungkin juga pada Wookie. Tapi ia sendiri yakin, tentang hal ini, Wookie tak akan bisa berbohong pada sahabatnya yang satu ini. Minnie terlalu mengenal Wookie. “Tapi saat Kyuhyun sadar nanti, Wookie akan memutuskanku, jadi kau tak perlu khawatir, Minnie Sshi..”

“Haish... Jinjja! Turunlah dari mobilku!” Minnie menyisikan mobilnya dan berhenti. “Kurasa mereka sudah tidak mengikutimu”.

Dengan terpaksa, ia turun dari mobil itu. “Terimakasih atas bantuannya!” Ucap Jongwoon. Minnie tak mengubrisnya dan langsung pergi.

Sepeninggalan Minnie, Jongwoon masuk ke sebuah mini market dan membeli koran. Setelah itu, ia menyetop taxi. Di dalam taxi, ia menelepon Wookie agar ia tidak keluar dari kamarnya, karena ada banyak wartawan di sana.

Ia berhenti di depan rumah mewahnya setinggi 2 tingkat. Pagarnya terbuat dari kayu, namun bagian dalamnya didominasi oleh warna putih dan kaca. Dekat teras belakang, ada sebuah danau buatan. Ia duduk di pinggir danau sambil membaca koran yang tadi ia beli.

“Haish! Mereka mengambil foto saat aku ke apartemen Wookie!” gerutunya sambil melempar koran itu ke sembarang tempat. Ia meninggalkan tempat itu, dan beralih ke kamarnya. Televisi ia nyalakan. Lagi-lagi ia melihat berita tentang dirinya, yang menginap di apartemen Wookie. “Yah!” Teriaknya. Ia mematikan televisi dan melemparkan remotenya.

Jongwoon berbaring dan memeluk gulingnya, “Ayah, Ibu, maafkan aku.... Aku telah mencemarkan nama baik keluarga...” ucapnya dalam hati. “Aku memang mencintai Wookie, tapi ini mungkin cara yang salah. Apa aku harus membatalkan hal ini sekarang juga? Membebaskan orang yang aku cintai?” pikirnya.

Handphonenya berbunyi. Jongwoon mengambilnya melihat nama Lee Soo Man di sana. “Yeobsaeyeo?”...”Bisakah besok atau nanti malam saja aku pergi ke sana? Sekarang keadaanku sedang tidak baik,” Ucap Jongwoon. “Baiklah, nanti malam,” Ucap Jongwoon dengan terpaksa.

Sementara itu di rumah sakit, “Tidak boleh... kau tidak boleh menyaksikan acara ini! Kau tidak boleh percaya dengan apa yang ada di berita!” Racau Minnie, tak beraturan. Jarinya sibuk menekan remote, namun semua stasiun televisi sedang memberitakan kehebohan yang terjadi antara Wookie dan manajernya. Akhirnya ia mematikan televisi dan tertunduk di samping tempat tidur Kyuhyun sambil menangis, “Kau tak boleh percaya ini, Kyuhyun ah... Yakinlah, Wookie tetap mencintaimu. Hatinya hanyalah untukmu!” Ucapnya sambil terisak.

Malam hari, Jongwoon pergi ke rumah produksi. Di ruangan itu, ada sekitar 5 orang pejabat dari rumah produksi itu, sekaligus Lee Soo Man, sang pemilik, dan yang mengejutkan, ia melihat Wookie ada di sana.

“Bukankah sudah kubilang, jangan pergi ke luar?” Ucap Jongwoon. Wookie hanya menunduk.

“Yah, Kim Jongwoon!” bentak Lee Soo Man. “Kau mengerti aturan mainnya, kan? Kau seharusnya membina hubungan yang profesional dengan artistmu, bukannya malah begini!”

“Terserahlah apa maumu, Lee Soo Man Ssi! Kemarin kau menyuruh kami untuk beracaran, sekarang malah dilarang! Apa maumu?” Jongwoon tak bisa menahan diri lagi. Kemarahannya sudah sampai ke ubun-ubun.

“Baiklah, karena kau dan Wookie telah melanggar kontak kerja, aku harap kalian mau menerima sanksinya,” Ucapnya. “Wookie, kau dipecat dari manajemen ini,” Ucap Lee Soo Man.

Wookie terkejut mendengar itu. Bila ia dipecat, bagaimana ia mendapatkan uang untuk biaya Kyuhyun? Air matanya mulai menetes.

“6 bulan ‘Tour Asia’nya akan dimulai, Kau harus membayar kerugian pada promotor bila membatalkannya karena memecat Wookie!” Jongwoon mulai melunak.

“Aku belum menandatangani kontrak dengan promotor manapu,” Ucap Lee Soo Man dengan angkuhnya.

Jongwoon kehabisan kata-kata. Ia diam sejenak. Tangannya mengepal. Kemudian ia berkata, “Mengapa Wookie yang dipecat? Dalam hal ini, aku yang bersalah,” Ucap Jongwoon.

“Kau ini manajer, ahli dalam berbagai hal. Kau bisa menyanyi dan menari, mana mungkin kami memecatmu. Namun artist seperti Wookie, masih banyak bintang lain yang akan bersinar,”

“Piciknya!” Ucap Jongwoon.

“Ini dunia bisnis... Namun bila kau ingin pergi, pergilah, dan aku akan mempertahankan Wookie,” Ucap lelaki tua itu.

“Baiklah, aku keluar!” Ucap Jongwoon tanpa berpikir panjang, sambil meninggalkan ruangan itu.

“O..Oppa....” Wookie mengejarnya ke luar, namun tak terkejar. Akhirnya Wookie menyetop taxi dan pergi ke rumah sakit.

Kyuhyun, dalam mimpinya, ia melihat seorang gadis berambut coklat kepirangan. Rambutnya panjang sepunggung. Gadis itu tertunduk dan menangis sambil terus memanggil namanya.

Sementara itu dalam kenyataan, Wookie sampai di rumah sakit dalam keadaan menangis. Begitu datang, ia langsung memeluk Minnie. Minnie tak membalas pelukannya.

Setelah Wookie melepaskan pelukannya, ia menatap Minnie yang pandangannya dingin. Hal itu membuat Wookie takut.

“Kau, apa benar kau telah berpacaran dengan manajermu?” Tanya Minnie.

“Kau? Kau tahu? Siapa yang memberi tahumu?” tanyanya.

“Tak perlu tahu!” Ucap Minnie dengan penekanan.

“Y, ya... itu memang benar, Minnie ah...! Tapi kami tak akan melanjutkan hubungan kami,” Jawab Wookie lirih.

“Teganya kau mengkhianati Kyuhyun!” Bentak Minnie dengan suara tertahan, sambil terisak.

“Maafkan aku..” Ucap Wookie dengan air mata. “Tapi ini semua sudah berakhir,” Wookie memegang kedua bahu Minnie. “Minnie ah, pulang lah... Kau tampak lelah. Biarkan aku yang menemani Kyuhyunku...” Ucapnya.

Minnie menurut dan pulang ke rumahnya.

*TBC*

FF: "A Whole New World" (World 2) Part 1

Tittle : A Whole New World
Main Cast : Wookie, Kyuhyun.
Other Cast : Minnie, Kim Jong Woon, Lee Soo Man, Hyukkie, Donghae, Ortu Minnie dan Ortu Kyuhyun
Soundtrack :Just You

 
Part 2: Just You


Setelah hampir dua tahun menjalankan profesinya sebagai penyanyi, jadwal Wookie menjadi sangat padat, sehingga ia jarang menjenguk Kyuhyun. Sementara Minnie tetap memegang janjinya pada Wookie untuk merawat Kyuhyun selama Wookie tidak bisa bersamanya.

Sepulang kuliah, Minnie langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan Kyuhyun, menemaninya, dan melaporkan pada Wookie tentang keadaannya. Ia dan Kyuhyun memang bersahabat sejak kecil, sedangkan Wookie baru mereka kenal saat kelas 4 SD, dimana ia menjadi siswa baru di sekolah mereka.

Sejak orang tua Wookie membuka memperluas bisnis mereka sampai ke luar negeri, mereka menitipkan Wookie kepada orang tua Minnie. Wookie sangat berhutang budi pada orang tua Minnie yang juga memberi kasih sayang padanya. Sementara Minnie, yang hanya dari keluarga biasa, kehidupan mereka dibiayai sepenuhnya oleh keluarga Wookie, sehingga Minnie merasa berhutang budi juga. Ia tak pernah keberatan jika Wookie memintainya tolong. Bukan karena hutang budinya, tapi ia juga telah menganggap Wookie dan Kyuhyun seperti saudara kandungnya sendiri.

Sesekali, Wookie meneleponnya untuk menanyakan keadaan Kyuhyun. Hampir tiap hari ia melakukannya. Namun semakin lama frekuensinya semakin jarang. Bahkan bulan ini, Wookie tak meneleponnya sama sekali. Namun Minnie mengerti betapa sibuknya Wookie. Terlebih, tak lama lagi Wookie akan segera melakukan ‘Tour Asia’.

Suatu hari, terdengar gosip yang mengatakan bahwa Wookie menjalin hubungan dengan Manajernya, Kim Jong Woon. Minnie langsung memindahkan chanel tv yang membicarakan tentang gosip itu. “Tenanglah, Kyuhyun. Kau percaya pada Wookie, kan? Ia sangat mencintaimu, tak mungkin mengkhianatimu,” Ucap Minnie sambil menyisir rambut Kyuhyun. “Menjadi seniman terkenal seperti itu memang rentan gosip. Kau dapat memahaminya, kan, Kyuhyunnie?”

Sementara itu,

“Yah! Apa-apaan ini? Mengapa menciptakan gosip yang tidak-tidak mengenai aku dan Wookie?” Tanya Jongwoon, manajer Wookie, pada Lee Soo Man, salah seorang pemimpin rumah produksi tempat Wookie menjadi artis *mianhae Om Sooman*.

“Tenanglah, Jongwoonnie.. Ini ditujukan untuk mengangkat nama Wookie. Sudah wajar, sebagai entertainer digosipkan seperti ini..” Ucap pemimpin rumah produksi mereka.

“Aku tak terima ini!” Seru Jongwoon dengan nada marah.

Jongwoon sudah jengkel dengan perkataan Lee Soo Man. Namun ia tak dapat berbuat apa-apa. Dalam hal ini posisi Jongwoon sebagai bawahan. Ia keluar dari ruangan itu dan membanting pintunya. Ia pergi ke apartemen Wookie untuk membicarakan tentang masalah itu.

“Sebenarnya tak masalah bagiku, toh itu hanya gosip, kan?” Ucap Wookie dengan tenang, ketika Jongwoon sudah sampai di apartemennya.

“Jadi kau membela mereka?” ucap Jongwoon dengan nada meninggi.

“Bukan begitu, Oppa...” Ucap Wookie. Dua tahun bekerja sama, gadis itu merasa sudah dekat dengan sang manajer, maka dari itu ia memanggilnya Oppa.

Ia menghampiri Jongwoon dan merangkulnya, “Pada kenyataannya kan tidak seperti itu! Aku memanggilmu ‘Oppa’ karena kita memang sudah dekat, seperti Oppa-Dongsaeng. Jadi kurasa kita tak perlu menghiraukan hal itu.” Jelas Wookie.

Jongwoon terdiam sesaat. “Kau begitu baik, Wookie ah..” Ucapnya pelan. Telah lama ia merasakan kebaikan Wookie. Ia tak pernah mengeluh meskipun jadwalnya sangatlah padat. Bila ada beberapa fans yang melukainya, Wookie pun tidak menghiraukan rasa sakit itu. Ia tetap tersenyum dan menyapa semua fansnya. Begitu pula dengan kesetiaannya pada Kyuhyun. Semakin lama bersama Wookie, membuat Jongwoon diam-diam menyimpan perasaan yang lebih dari sekedar partner kerja, bahkan oppa-dongsaeng, terhadap Wookie. Namun ia menyadari hal ini tidaklah mungkin. Wookie terlalu mencintai kekasihnya. Bahkan sampai Cho Kyuhyun koma selama 3 tahun, ia masih tetap mencintai Kyuhyun. Itu juga yang membuatnya menolak gossip buatan Lee Soo Man. Ia tidak mau membuat dirinya semakin jatuh cinta pada Wookie.

“Ya, Oppa? Apa yang kau katakan?” tanya Wookie, yang mendengar sesuatu dari mulut Jongwoon.

“Ti, tidak.. lupakan...” ucap Jongwoon beranjak dari tempat duduknya.

Wookie ikut beranjak sambil memegang lengannya. “Oppa begitu baik,” Ucap Wookie tersenyum pada Jongwoon. “Kalau aku boleh tahu, apa yang membuatmu menolak usulan ketua?” Tanya Wookie. Ketua yang ia maksud adalah Lee Soo Man.
“Itu… aku tidak mau membuat Kyuhyun tersakiti…” Jongwoon menunduk.
Wookie menggenggam kedua tangan Jongwoon, “Kyuhyun akan baik-naik saja…. Lagi pula ini hanya pura-pura, kan?” Ia menatap mata manajernya.
Tanpa Wookie sadari, aliran darah Jongwoon terasa semakin cepat. Ia merasa, bila tidak segera melepaskan tangan Wookie, mungkin beberapa saat lagi ia akan memeluknya.
“Kita cukup seperti ini…” Wookie memeluk tangan Jongwoon yang kuat. “Dan semua orang akan berpikir kita memang berpacaran…” Ucapnya sambil tertawa.

“Wookie ah...” panggil Jongwoon. Wookie menengadahkan kepalanya sehingga mata mereka bertemu. “Selama Kyuhyun koma, maukah kau menjadi kekasihku? Untuk menyenangkan hatiku saja...” Ucapnya lirih.

“O.. Oppa.. maksudmu hanya untuk media saja kan?” tanya Wookie, gugup, sambil melepaskan pelukannya, namun tangannya diraih oleh Jongwoon.

“Tidak, aku serius. Kau tahu, aku jatuh cinta padamu,” Ucap Jongwoon.

“Tidak Oppa.. aku.. mana mungkin aku menjadi kekasihmu, Kyuhyun....” Wookie mencoba melepaskan tangannya dari tangan Kyuhyun.

“Kumohon... setelah Kyuhyun sadar, kau boleh memutuskanku dan bersamanya lagi..”

“Ta... tapi... Oppa.. ini....” Wookie terbata dalam mengucapkan kalimatnya.

“Ini tahun ketiga dia koma, kan? Apa kau yakin ia akan bangun kembali?” tanya Jongwoon. Kata-katanya membuat tubuh Wookie lemas dan jatuh terduduk ke lantai. Dari matanya, menetes butiran-butiran air mata. Jongwoon terkejut dengan apa yang telah ia katakan pada gadis yang ia cintai. Kata-kata itu telah menyakitinya. Ia merasa apa yang dia ucapkan sangatlah picik. “Maafkan aku... Lupakan saja,” Ucap Jongwoon, hendak melangkahkan kaki ke arah pintu. Namun kemudian ia berbalik, “Kalau setelah malam ini kau membenciku, aku tak keberatan. Aku siap kalau kau ingin memecatku sebagai manajermu,” Ucapnya, melanjutkan langkahnya.

Wookie memikirkan segala hal mengenai Jongwoon yang begitu baik. Setiap ia menjenguk Kyuhyun, yang menemaninya adalah Jongwoon. Sekalipun Wookie menemani Kyuhyun sampai keesokan paginya, Jongwoon tetap setiap menunggunya. Saat ia hampir putus asa karena Kyuhyun tidak menunjukkan kemajuan, Jongwoon pulalah yang menyemangatinya. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa segala hal yang dilakukan Jongwoon memiliki dampak besar terhadap dirinya dan apa yang ia lakukan untuk Kyuhyun tidak akan pernah terwujud tanpa manajernya itu. Wookie sendiri tidak tahu sejak kapan Jongwoon menaruh perasaan padanya, yang pasti, itu akan sangat menyakitkan bila mengetahui yang ia lakukan terhadap Wookie semata untuk orang lain yang Wookie cintai. Tiba-tiba, Wookie merasa takut kehilangan Jongwoon. Ia menatap punggung laki-laki yang sebentar lagi akan meninggalkan ruangannya. “O,, Oppa...” Panggil Wookie ditengah isakannya. “Jangan tinggalkan aku...” Ucapnya.

Jongwoon menghampiri gadis itu. Ia membantunya untuk berdiri. Tiba-tiba-tiba saja, Wookie memeluknya lagi. Tangisannya meledak di dada Jongwoon. Ia membelai rambut panjang gadis itu. “Maafkan aku, Wookie ah..” ucapnya.

“Maafkan aku juga, Oppa.. Aku tak pernah menyadari pengorbananmu selama ini...” Batin Wookie. “Kalau benar kau mencintaiku, kau pasti sangat sedih karena setiap saat harus mendengarku yang selalu menceritakan tentang Kyuhyun yang sedang koma, tentang masa lalu kami, bahkan menemaniku di rumah sakit. Aku ingin membalas kebaikanmu itu, tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Aku ingin membuatmu senang, tapi apa yang dapat aku lakukan? Haruskah aku menjadi kekasihmu? Apa hanya itu yang dapat membuatmu bahagia?” batin Wookie. Ia melepaskan pelukannya dari Jongwoon. “Oppa, terimakasih karena selama ini telah menemani dan menjagaku. Aku akan membuat Oppa senang.. Apapun yang Oppa mau akan ku penuhi, termasuk menjadi kekasihmu,” Ucap Wookie.

Jongwoon terkejut, “Kau mau menjadi kekasihku?” tanyanya. Wookie mengangguk. Jongwoon memeluk gadis itu. “Terimakasih, Wookie ah... Aku senang. Meski tak bisa selamanya, aku tetap senang!” Ucap Jongwoon sambil mempererat pelukannya.

Malam itu, Jongwoon memutuskan untuk menemani Wookie di apartemennya. Paginya, barulah ia pulang, tentunya setelah Wookie bangun.

Betapa terkejutnya Jongwoon saat keluar lift. Banyak wartawan ada di sana dan langsung menyerbunya dengan berbagai pertanyaan. Jongwoon mencoba meloloskan diri dengan susah payah. Para wartawan terus mengejarnya.

>>>Next>>>

FF: "A Whole New World" (World 1)

Tittle : A Whole New World

Main Cast : Wookie, Kyuhyun.

Soundtrack : You're My Endless Love, Just You, The One I Love, A Whole New World (Peabo & Regina) + You Are So Beautiful & Marry You

PART 1: You’re My Endless Love
Ini tepat setahun, dimana kecelakaan itu berlangsung. Dimana saat Kyuhyun sedang merayakan kelulusannya bersama 3 orang sahabatnya, Leeteuk, Shindong dan Eunhyuk, mobil yang mereka tumpangi, yang dikemudikan oleh Kyuhyun tergelincir dan terguling berkali-kali ke tempat yang lebih rendah di sisi kiri jalan. Di antara semua korban, Kyuhyun lah yang paling parah.

Hari ini juga merupakan hari pertama dimana kekasihnya, Wookie memulai debut pertamanya sebagai artist. Ia ingat betul, betapa menderitanya ia saat mendengar kecelakaan yang dialami Kyuhyun. Namun ia tak bisa tinggal diam, apalagi saat mengetahui keluarganya berencana melepas semua peralatan yang membuatnya tetap bernafas.

Sebagai anak dari keluarga kaya, ia tak biasa bekerja keras. Ia pernah bekerja sebagai pelayan restoran, penjaga toko, sampai cleaning service, namun selalu dipecat karena memcahkan piring, sampai ketiduran saat jam kerja. Minnie, sahabat Wookie dan Kyuhyun, menyarankan agar ia bekerja sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Wookie hanya dapat bernyanyi dan memainkan piano.

Dibantu oleh sahabatnya itu, ia merekam permainan pianonya sambil menyanyikan lagi ‘A Whole New World’, salah satu lagu berbahasa Inggris yang menjadi original soundtrack film Disney, ‘Aladin’ milik Peabo dan Regina, kemudian mengirimkannya ke radio-radio dan perusaan rekaman. Banyak perusahaan rekaman yang tertarik padanya. Akhirnya Wookie menandatangani kontrak dengan salah satu perusahaan rekaman ternama yang yang menjanjikan uang yang banyak.

Tak perlu lama mengikuti training, beberapa bulan setelah itu, tepatnya hari ini, ia memulai debutnya sebagai penyanyi dengan tampil di salah satu acara TV secara live.

Di rumah sakit, Minnie, yang telah berjanji pada Wookie untuk menjaga Kyuhyun selama ia mencari uang memindahkan chanel tv ke acara dimana Wookie menjadi bintang tamu di sana.
“Kyuhyunnie, sekarang Wookiemu sedang mengisi acara di televisi! Aku tahu, walau kau tak sadar, tapi kau dapat merasakannya, kan? Dengarlah suara Wookie melalui hatimu. Hatimu dapat merasakannya, kan? Bagaimana Wookie bekerja keras untukmu, bahkan sampai ia merelakan kuliahnya untukmu. Kau sangat beruntung memilikinya sebagai kekasih. Karena itu, cepatlah sadar,” Ucap Minnie sambil mengelus-elus dahi Kyuhyun.

“Bisa sebutkan judul single pertamamu, Wookie Sshi?” tanya MC.

“Judulnya, ‘You’re My Endless Love’ ” Jawab Wookie sambil tersenyum penuh percaya diri.

“Apakah ini lagu ciptaanmu?” tanya MC lagi.

Wookie mengangguk, “Ini lagu ciptaanku. Aku dedikasikan untuk kekasihku yang saat ini sedang koma,”

“Romantis sekali,” Komentar MC. “Sudah berapa lama ia tak sadarkan diri?”

“Hari ini tepat Setahun,” Jawab Wookie.

“Setahun bukanlah waktu yang sebentar, Wookie Sshi.. Apa yang membuatmu dapat bertahan selama ini?”

“Karena ia adalah orang yang paling berharga bagiku. Dan aku yakin, ia pasti akan sadar,”

“Ini sangat mengharukan sekali!” Seru MC. “Banyak yang mengatakan, orang yang sedang koma dapat mengindera lewat perasaannya. Mungkin saja saat ini ada keluarganya yang sedang memutar acara ini di ruangannya...”

Wookie mengangguk yakin,”Ya, ada... Dia bersama sahabatku sekarang. Sahabatku berjanji akan memasang acara ini untuknya,”

“Benarkah? Kalau begitu, adakah yang ingin kau sampaikan pada kekasihmu itu?” tanya MC.

“Hmm...” Sejenak Wookie menarik nafasnya. Matanya tampak berkaca-kaca saat kamera tepat menyorot wajahnya. “Kyuhyunni ah..” Ucapnya. Ia menarik nafas lagi sebelum mengatakan kalimat berikutnya, “Cepatlah bangun, aku menunggumu,” Ucapnya dengan air mata yang mulai menetes. “Ah, maaf, aku tak bisa menahannya!” Ucapnya setengah tertawa sambil menghapus air mata yang menetes itu menggunakan jarinya.

“Ya, kami memahami itu,” Ucap MC. Kemudian MC itu menatap kamera, dan mengatakan Wookie akan segera tampil setelah comercial film.

Wookie menyanyikan lagu itu sambil memainkan piano. Sangat menyentuh. Penonton terharu mendengarnya, tidak terkecuali Minnie, sahabatnya yang berada di rumah sakit.

Saat Wookie menyanyikannya, Minnie melihat jari tangan Kyuhyun mulai bergerak. Semua jarinya bergerak, seolah iapun turut memainkan piano seperti yang Wookie lakukan.

Minnie terkejut sekaligus merasa senang. Matanya yang sejak tadi menggenang karena terharu dengan perkataan dan nyanyian Wookie akhirnya menetes saat melihat jari sang sahabat yang bergerak-gerak.

Ia tak tahu harus memberi tahu siapa. Tak ada siapa-siapa lagi di ruangan itu. Akhirnya ia menelepon Wookie, namun tak diangkat karena mungkin ia sedang tampil. Lalu ia menelepon orang tua Kyuhyun dan mengatakan bahwa jari Kyuhyun mulai bergerak.

Suara ibu Kyuhyun yang mengangkat telepon terdengar bahagia. Tampaknya mereka akan segera datang. 15 menit kemudian Wookie meneleponnya.

“Minnie, kau lihat penampilanku tadi?” tanyanya.

“Te, tentu saja, Wookie... Wookie... ta...ta..di...” Ucap Minnie gugup.

“Tadi kenapa, Minnie?” Tanya Wookie.

“Kyuhyun....”

“Ya, kenapa? Ada apa dengannya?” Suara Wookie terdengar panik.

“Tadi saat kau memainkan lagu itu, Jari tangan Kyuhyunnie bergerak! Gerakannya seperti permainan pianomu!” Seru Minnie.

“Benarkah?” Wookie bersemangat. Air matanya tak dapat ia tahan lagi saking bahagianya. “Ba, baiklah Minnie, aku akan segera ke sana...!” Wookie segera memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

“Wookie ah, ada apa denganmu? Mengapa tampak terburu-buru?” tanya Manajernya.

“Ehm, Kyuhyun, tangannya sudah bergerak. Aku ingin segera melihatnya, Manajer Kim. Tak apa, aku tak ikut merayakan debutku?” Tanya Wookie.

“Ini adalah acaramu, mana mungkin kami rayakan tanpamu?” Ucap Sang Manajer.

“Jadi bagaimana? Aku benar-benar ingin ke tempatnya! Kumohon!” Rengek Wookie.

“Baiklah. Aku akan mengantarmu, yah!”

“Terimakasih, Manajer!” Ucap Wookie.

Mereka segera berjalan menuju tempat parkir, dan masuk ke dalam sebuah mobil atap terbuka berwarna silver.

Sepanjang perjalanan wajah Wookie selalu tersenyum. Ia tak sabar ingin melihat kekasihnya. Meskipun ia belum sadar, bahkan mungkin saat Wookie tiba, jarinya sudah tidak bergerak lagi. Tapi hal ini menjadi tanda bagi Wookie yang berarti penantiannya tidak akan lama lagi. Kalau jari tangannya bergerak seperti yang Minnie katakan tadi, mungkin tak lama, ia akan sadar.

Di sebelahnya, Sang Manajer hanya menatap Sang artis dengan pandangan seperti turut bahagia karenanya.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Minnie masih di sana. Ada kedua orang tua Kyuhyun juga. Namun ekspresi mereka tampak biasa, tidak begitu terpancar kebahagiaannya.

“Wookie..!” Sambut Minnie.

“Bagaimana, Minnie ah? Apa yang dokter katakan tentang Kyuhyunku?” tanya Wookie.

“Dokter bilang keadaannya sama seperti sebelumnya, belum ada perubahan yang signifikan” Ucap Minnie sambil menunduk.

“Apa? Bukankah tadi jarinya sudah bergerak?” Tanya Wookie.

“Dokter bilang, orang yang koma sangat parah pun dapat menggerakan jarinya. Dari hasil pemeriksaan sinar X, paru-parunya masih berwarna putih!”

“Ya Tuhan...!” Wookie tak dapat menahan air matanya. “Minnie ah, pulanglah... aku akan menemaninya,” Ucap Wookie.

“Biarkan aku menemanimu, Wookie..” Ucap Minnie.

“Tak apa.. aku sedang ingin berdua dengannya,” Ucap Wookie. “Paman, Bibi, Manajer Kim, kalian juga boleh pulang,” Ucap Wookie.

Mereka semua menurut dan membiarkan Wookie bersama dengan Kyuhyun.

“Kyuhyunnie ah.... kumohon, cepatlah sadar...!” Mohon Wookie si sela-sela tangisnya, setelah semua orang pergi. “Semuanya kulakukan untukmu. Hanya kau yang aku pikirkan! Kumohon, sadarlah..!” Wookie menggenggam tangan Kyuhyun dan meletakan kepalanya di sebelah tangan laki-laki itu. Tak berapa lama, ia tertidur dengan bekas-bekas air mata yang masih basah di pipinya.

*TBC*

FF: "A Whole New World" (Prolog)

Tittle : A Whole New World

Main Cast : Wookie, Kyuhyun.

Soundtrack : You're My Endless Love, Just You, The One I Love, A Whole New World (Peabo & Regina) + You Are So Beautiful & Marry You


PROLOG
Nit..nit...nit....nit...

“Kondisinya saat ini agak buruk. Ia mengalami cedera di bagian rusuk dan tulang belakangnya,” Ucap dokter.

“Kapan ia akan sadar?” tanya sang ayah.

“Mungkin minggu depan, tahun depan, bahkan sepuluh tahun ke depan,”

Jawaban dokter membuat hatinya sesak. Bagaimanapun juga, laki-laki yang sedang terbaring koma di salah satu kamar di ruang ICU yang berbatas kaca dengan ruangan tempat ia berbicara dengan dokter itu adalah putranya, putra kandungnya. Mana mungkin sanggup ia melihatnya seperti itu. Meskipun demikian, sang ayah tetap menginginkan putranya untuk sembuh. Ia sangat mengharapkan hal itu. “Tapi ia pasti akan sadar, kan?”

“Soal itu, saya tak bisa berbicara banyak. Sampai sekarang putra anda masih bisa bertahan karena alat-alat yang menempel di tubuhnya. Bila alat-alat itu dicabut, saat ini juga nyawanya tak akan dapat dipertahankan,”

Harapan sang ayah seolah pupus. Ia tak tahu harus berbuat apa. Membiarkan anaknya mati tentu bukan hal yang mudah baginya. Tapi di sisi lain, biaya perawatan rumah sakit harus terpenuhi. Meski soal uang ia dapat bekerja keras agar itu terpenuhi, bila pada akhirnya Tuhan menghendaki sang anak meninggal, maka semuanya sia-sia.

Sang ayah pun keluar dari ruang ICU untuk menemui anggota keluarga yang lain untuk merembukan hal itu. Ia menceritakan apa yang dokter katakan, sampai hal-hal yang ia pertimbangkan apakah akan meneruskan pengobatan atau menghentikannya.

“Kalau keadaannya tidak pasti seperti ini, kurasa sebaiknya membiarkan dia beristirahat dengan tenang. Setidaknya ada kepastian untuk saat ini, bahwa dia ada di tempat yang lebih baik. Ini lebih baik dari pada kalian terus begini, memikirkan apakah dia akan sadar atau tidak. Ini sudah lewat sebulan, kan? Dan keadaannya masih belum membaik,” Paman dari laki-laki itu mengungkapkan pendapatnya.

“Dia anak yang baik, aku tak sampai hati membiarkannya pergi seperti itu. Soal biaya aku dapat membantu kalian dengan cuma-cuma. Namun ada benarnya apa kata suamiku tadi. Saat ini dia sedang dalam ketidakpastian. Dan kalian pasti akan selalu memikirkannya. Saat kalian memikirkannya, apakah pekerjaan kalian akan selesai dengan baik?”

“Baiklah, jadi kita sepakat untuk melepaskan dia saja?” tanya ayahnya dengan nada suara bergetar karena menahan tangis.

Kedua wanita terdekat dalam hidup laki-laki itu, ibu dan kakak perempuannya terduduk lemas di atas kursi, tak menyangka hidup magnae dalam keluarga mereka akan setragis itu. Kecelakaan yang menimpanya bersama teman-temannya berakibat tidak baik untuk putra mereka.

“Tunggu dulu!” Ucap seorang gadis yang baru datang dan sempat mendengar ucapan putus asa sang ayah. Rambut hitamnya yang panjang tampak kusut. Wajahnya juga pucat dan sembab. “Aku, aku, aku akan membiayai pengobatan Kyuhyun! Kalau kalian keberatan, aku akan menanggung 100% biayanya. Tapi tolong biarkan dia hidup! Kumohon!” Ucapnya sambil terisak.

“Wookie ah..” Ucap sang ayah.

“Ya, Ajusshi, aku akan membiayainya! Aku tak mau kehilangan dia. Dia adalah oranng yang sangat berarti untukku! Kumohon...”

Mereka semua saling berpandangan, “Wookie ah, kau akan mendapatkan uang darimana? Kami tahu orang tuamu kaya, tapi apa mereka akan mengijinkan bila kau menggunakan uang mereka untuk Kyuhyun? Kami tak akan membiarkan hal itu terjadi!” Ucap Sang Paman.

“Aku akan menggunakan uangku sendiri. Aku akan menunda kuliahku dan mencari pekerjaan dengan gaji yang tinggi agar Kyuhyun dapat hidup kembali! Tolonglah, Ajusshi, Ajumma... Kumohon..!” Wookie hampir berlutut di hadapan mereka kalau kakak dari Kyuhyun tak menahan badannya.

“Kau sangat kurus, Wookie ah, matamu juga sembab... Kau pasti sangat memikirkan Kyuhyun, ya?” tanyanya

“Eonie, kau tahu aku tak dapat hidup tanpa Kyuhyun... Kalau Kyuhyun mati, aku tak tahu harus bagaimana lagi...” tangisnya mulai meledak.

“Baiklah, kami akan membiarkan Kyuhyun hidup. Dokter tak akan mencabut peralatan yang membuatnya tetap bernafas. Tenang saja.” Ucapnya.

*TBC*

Senin, 30 Mei 2011

Reset Chapter 4 (Part 3)


Paman dan Bibi Sungmin cemas karena Sungmin belum pulang. Bibinya menelepon ke rumah Donghae. Donghae tidak bisa tinggal diam dan memutuskan untuk pergi mencari sahabatnya itu. Sambil menyupir, menelepon Ryeowook dan memberitahukan tantang hal itu.
“Tadi siang aku masih bertemu dengannya,” ucap Ryeowook sambil memakai jaket abu-abunya. “Ia bilang akan menjenguk ayah dari temannya. Kau tahu, di antara teman kita, siapa yang ayahnya sakit?”
“Aku tidak tahu” Suara Donghae terdengar sangat panik. “Kau tahu, siapa yang menjadi teman Sungmin, pasti kita juga kenal! Dan bila ada yang sakit, aku pasti mengetahui hal itu!”
“Jadi maksudmu, Sungmin Hyung berbohong?” Nada suara Ryeowook mulai meninggi.
“Aku tak bermaksud mengatakan hal itu, Wookie ah...”
“Jadi Sungmin Hyung kemana?” tanyanya ikut panik sambil berlari keluar dari gerbang rumahnya.
“Wookie ah.. tenang... sekarang kau ada di mana?” Donghae.
“Aku baru keluar dari rumah. Kau sendiri ada dimana?”
“Aku sebentar lagi sampai di....” Donghae terkejut dan mengerem mobilnya mendadak karena di hadapannya ada Ryeowook yang memang tidak memperhatikan jalan.
Ryeowook terkejut karena tiba-tiba di hadapannya ada sebuah mobil yang hampir menabraknya. Ia tak dapat berkata apapun pada awalnya sampai Donghae keluar dari mobilnya.
“Hyungnim...” Ryeowook mulai sedikit lega setelah melihat Donghae.
“Kau ini...!!! Cepat masuk!” perintahnya.
Ryeowook menurut dan masuk ke mobil Donghae. “Jadi sekarang kita kemana?”
“Entahlah... tapi siapa yang sakit? Aku tidak tahu sama sekali...!!”
“Kau sudah menelepon siapa saja?”
“Ah, aku sudah pasang Tweet.... Kepada siapapun yang merasa ayahnya sakit, tolong beritahu”.
“Lalu?”
“Sekitar 50 orang sudah membalas, tidak ada yang ayahnya sakit!”
“Kemana ya?”
Di sebuah jalan, Donghae memarkir mobilnya. Jika ke rumah Sungmin, biasanya Donghae melewati jalan itu.
“Hyungnim.... gelap sekali.. aku takut...” ucap Ryeowook sambil menatap sekelilingnya.
Di belokan terakhir, mereka melihat Sungmin tergeletak di sana. Keduanya langsung berlari ke arah Sungmin dan memanggil-manggil namanya, namun Sungmin tidak bangun.
Donghae berinisiatif menggendong dan membawanya ke mobil. Setelah sampai di rumah sakit, Ryeowook menelepon Paman dan Bibi Sungmin untuk datang.
Tak berapa lama, mereka sampai. Keduanya tampak panik. “Bagaimana keadaannya? Apakah parah?”
Donghae menggeleng. Ia bingung harus mengucapkan apa, karena dokter yang menanganinya belum keluar.
“Kami belum dapat kabar apapun” Jawab Ryeowook. “Paman dan Bibi tenang saja... Sungmin Hyung pasti baik-baik saja”.
Bibi Sungmin memeluk Ryeowook sambil menangis. Ryeowook membalas pelukan itu. Dalam hatinya, ia telah lama tidak dipeluk oleh ibu, tak apalah bibi Sungmin memeluknya.
Kemudian dokter keluar. “Keluarganya Tuan Lee Sungmin?” seru dokter.
“Ya, dokter, kami keluarganya..” Sahut Paman sungmin.
“Anda ayahnya?”
“Ya, saya ayahnya,” Ucap Paman.
Dokter membawa Paman ke ruangannya. “Keadaan Tuan Lee Sungmin saat ini tidak terlalu parah. Untung segera dibawa ke sini. Namun dapat saja keadaannya memburuk bila tidak segera ditangani”.
“Sebenarnya apa yang terjadi pada Sungmin, dokter?”
“Sebelumnya, saya mau bertanya, apakah Anda tahu putra anda memiliki penyakit?”
“Penyakit? Penyakit apa?” tanya paman bingung.
“Putra anda menderita anemia aplastic”.
“Ah? Apa itu dokter?”
“Keadaan dimana berkurangnya jumlah sel darah yang diproduksi”.
Paman mengerutkan keningnya, masih tidak paham dengan penjelasan yang dokter berikan, “Apakah bisa disembuhkan, dokter?”
“Saat ini kondisinya tidak terlalu parah. Ia hanya perlu meminum obat dan check up secara teratur,” Jawab dokter. “Namun tolong dijaga kondisinya, karena tanpa diketahui, penyakit ini dapat menjadi parah secara tiba-tiba. Bila sudah menjadi parah, ia harus menjalani transfusi darah selama hidupnya, kalau tidak, ia bisa meninggal”.
Paman keluar dari ruangan dokter. Kemudian menceritakan hal itu pada istrinya, Donghae, dan Ryeowook.
Bibi, walaupun ia tidak mengerti tentang yang Paman ceritakan, namun ia menangis karena menganggap penyakit itu adalah suatu penyakit yang sangat parah, setara dengan kanker. Sementara Donghae, ia juga tidak mengerti dan hanya mengamati pembicaraan mereka. Dibenaknya, bila produksi berkurang, berarti darah itu akan menjadi hal yang langka di tubuh Sungmin. Donghae merasa itu adalah hal yang mustahil. Namun ia heran mengapa bisa ada hal seperti itu di dunia ini. Bahkan yang terburuk, Donghae berpikir bahwa ia akan segera kehilangan sahabatnya.
Berbeda dengan Ryeowook yang mengerti. Ia mengangguk-angguk dan berusaha untuk tetap tenang sambil berharap penyakit Sungmin tidak bertambah parah, meski dalam hati ia merasa sangat khawatir. Transfusi darah bukanlah hal yang murah. Meski Kedai Ramen itu ramai pengunjung setiap harinya, namun bila sampai tahap parah dan harus sampai tiap hari ditransfusi, mereka tidak akan bisa makan.
Setelah paman selesai menjelaskan, Ryeowook mulai mengecek tabungannya di Bank melalui ponselnya. Ada sekitar 100 juta. Ryeowook melihat ke arah paman dan bibi Sungmin, “Mungkin ini cukup” batinnya.
“Pak, bagaimana bila kita beritahu nona tentang hal ini?” tanya bibi sambil terisak.
Donghae dan Ryeowook melihat ke arah bibi dengan cepat.
Paman terdiam sesaat, “Ibu yakin, Sungmin tidak akan apa-apa bila tahu kita menghubungi ibunya?”
“Bagaimana lagi? Uang kita tidak akan cukup untuk ini..”
“Ah.. Kau bawa nomor telepon nyonya?” tanya paman.
Bibi mengambil tas dan membuka dompetnya, “ini... ini.. “ ia mengeluarkan sebuah buku kecil berwarna hitam.
Donghae mendekat ke arah paman dan bibi untuk melihat buku itu. Begitu pula Ryeowook. Melihat Donghae mendekat, Ryeowook pun ikut mendekat. Ryeowook berpikir, hampir 6 tahun ia bersahabat dengan Sungmin, ia tidak pernah tahu banyak tentang sahabatnya yang satu ini, apa lagi tentang keluarganya. Selama ini Ryeowook mengira paman dan bibi adalah kerabat dekat dari Sungmin, namun tadi ia menyebut ‘ibu’ Sungmin dengan panggilan ‘nona’.
Reyowook lalu memberikan ponselnya pada kedua orang tua itu, “Mau pakai ponselku?” tawarnya.
Bibi memberikan kertas itu pada Ryeowook agar ia menekankan nomor telepon yang terdapat dalam kertas untuknya.
Ia melihat kertas itu, terdapat tulisan ‘Nona Lee Yeon Hee’ dan beberapa digit nomor. Ryeowook menekannya dan membiarkan telepon itu di telinganya sampai tersambung.
“Yeobsaeyeo,,,” terdengar suara seorang wanita dari seberang sana. Suara itu terdengar lemah.
“Yeobsaeyeo.. Nona, ada yang ingin bicara,” Ryeowook kemudian memberikan ponselnya pada Paman.
Paman pergi menjauh dari mereka dan berbicara dengan orang yang bernama ‘Nona Lee Yeon Hee’ itu.
Ryeowook sangat penasaran dengan hal itu. Apa benar, wanita bernama Lee Yeon Hee itu adalah ibu kandung Sungmin? Lalu apa hubungan Sungmin dengan ‘paman dan bibinya?’. Ryeowook ingat betul, Sungmin sering mengatakan bahwa orang tuanya adalah paman dan bibinya.
Sesaat kemudian, Paman kembali. Bibi langsung menghamprinya, “Bagaimana, Pak? Apa katanya?” tanyanya.
“Nona bilang, sebentar lagi akan kemari”.
“Ah, syukurlah...” Bibi tampang lebih tenang.
“Ehm.. Paman, Bibi, maaf sebelumnya..” ucap Ryeowook.
Mereka melihat ke arah Ryeowook sambil tersenyum.
“Mengapa memanggil ibu Sungmin dengan sebutan ‘nona’?”
“Itu...” Bibi dan paman berpandangan. Keduanya duduk di atas kursi, diikuti Donghae dan Ryeowook.

*To Be Continued....*