Kamis, 21 April 2011

Reset Chapter 4 (Part 2)

Sore itu, Ryeowook sedang memaikan pianonya, ‘To Be With You’, yang biasa orang tuanya mainkan. Entah mengapa, tiba-tiba saja tuts piano pertama yang akan ia tekan tidak mau berbunyi.
“Hm... usiamu memang sudah tua, tapi tidak seharusnya begini... ayolah, berbunyilah untukku..” ucap Ryeowook, sambil menekannya, namun tuts piano itu tetap tidak berbunyi.  Akhirnya Ryeowook menyerah karena satu tuts yang tidak berbunyi itu. Ia memeriksa bagian dalamnya dan menemukan satu bagian yang patah dari tuts tersebut.

“Ryeowookie ah...” panggil Sungmin, yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Hai Hyung, tidak biasanya kau datang tanpa menghubungiku...” Ucap Ryeowook dengan nada senang.

Sungmin hanya tersenyum karena tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Sesaat ia teringat akan percakapannya tadi.

“Jadi Paman Jongwoon sakit parah?” 

 “Iya, sejak nyonya meninggal, ia menjadi pekerja yang keras sampai tidak memikirkan dirinya. Melupakan tidur dan makan. Jantung dan lambungnya bermasalah. Dan sejak kemarin, ia belum makan apapun”. 

“Apakah sudah memberi tahu Ryeowook?” 

“Tuan meminta saya untuk tidak mengatakan hal ini padanya”. 

“Dan paman benar-benar tidak akan memberitahukannya?” tanya Sungmin dengan nada agak ketus. “Dalam hati saya sempat khawatir, namun saya percaya, tidak akan ada hal buruk yang akan menimpa Tuan. Tuan tidak ingin membuatnya khawatir”.

“Anda begitu loyal pada Paman Jongwoon. Saya pun akan loyal kepada teman saya”. 

Setelah mengucapkan hal itu, Sungmin pergi meninggalkan asisten Jongwoon. 

Entahlah, mungkin orang itu berpikir Sungmin akan memberi tahu Ryeowook tentang hal itu. Tadinya memang demikian, namun saat melihat wajah Ryeowook yang begitu ceria menyambutnya, Sungmin jadi tidak tega untuk mengatakan hal itu pada sahabatnya.

“Hyung...” Panggil Ryeowook yang heran, melihat Sungmin hanya terdiam.

“Ah? Ada apa?” Sahut Sungmin gugup

“Aku yang seharusnya bertanya, ada apa mencariku?”

“Hmm..... hanya ingin menemanimu, apakah tidak boleh?”

“Tentu saja boleh! Tapi hari ini biasanya ayah pulang, jadi kau tak bisa terlalu lama mungkin,”.

Sungmin tersenyum, “Baiklah, kalau begitu, aku akan menemanimu sampai ayahmu datang, yah!”

“Hyung baik sekali, terimakasih..” Ucap Ryeowook.

“Kamu sedang apa?” Tanya Sungmin kaku.

“Tadi aku bermain piano, namun tutsnya patah, mungkin karena terlalu kuat menekannya..” ucapnya. “Piano lama sih,”

“O, ya? Memang sudah berapa tahun umur piano ini?”

“Kudengar sih, seumur ayah. Jadi saat nenek melahirkan ayah, kakek membeli ini sebagai hadiah, dengan harapan ayah akan menjadi pianis terkenal”.

“Hmm... tapi tidak terlihat setua itu, yah!”

“Tentu saja, kami selalu merawatnya..” Ryeowook berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari Grandpiano berwarna putih itu. “Sepertinya harus diservis”. Ia menghela nafas dan segera memanggil Kepala Pelayan Hwang untuk mengurus semua persiapan untuk menservis pianonya. 

Ryeowook berjalan menuju sebuah bangunan yang terpisah dari rumahnya. Bangunan tersebut terbuat dari kayu dan perlu menaiki tangga untuk sampai di terasnya. Di atas teras yang lantainya juga terbuat dari kayu itu terdapat 4 buah kursi rotan yang mengelilingi sebuah menja kayu.

“Kau tidak pernah mengajakku ke tempat ini sebelumnya,” ucap Sungmin, Ryeowook tersenyum,

“Memang,” ia menatap ke arah langit. “Ini tempat ayahku menghabiskan waktu. Entah mengapa tiba-tiba ingin kesini”.

Jantung Sungmin berdebar lagi. Dadanya terasa sesak. Ingin menangis rasanya, mengingat Ryeowook yang memiliki perasaan begitu dalam terhadap ayahnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya saat ini.
Bagaimana jadinya bila ia tahu? Sungmin tak dapat membayangkan hal itu. Mungkin senyum itu akan berubah menjadi tangis.Kemudian ia teringat akan kata-kata asisten ayah Ryeowook, percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ponsel Sungmin berbunyi. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuruni teras. “Oh, Pak Jung? Iya, bagaimana? Syukurlah kalau begitu. Bolehkah saya menjenguknya? Baik, Pak... Terimakasih”.

“Siapa?” tanya Ryeowook setelah Sungmin kembali.

“Eh?” Sungmin bingung harus menjawab apa. “Temanku. Ya, ayah temanku sakit. Aku harus pergi menjenguknya... sampai jumpa Wookie ah...” Ucap Sungmin gugup.

“Oh, baiklah....” Ucap Ryeowook sambil meletakan dagunya di atas kepalan tangannya. “Aneh sekali..” Gumamnya. “Hey, Hyung.... Teman yang mana? Bolehkah aku ikut?” teriaknya sambil berlari menuju tangga. Namun Sungmin sudah tak terlihat.

Langit semakin gelap. Sungmin berjalan menuju rumah sakit. Ia melihat ke arah langit yang berwarna biru gelap. Terdapat banyak bintang di sana. Dalam hati ia bersyukur Jongwoon, ayah dari sahabatnya  sudah sadar.
Di sebelah rumah sakit, Sungmin melihat sebuah toko. Sungmin masuk ke toko itu dan mengambil beberapa botol susu dan air mineral. Ia membeli itu untuk Jongwoon.

Ruangan itu tampak gelap saat Sungmin membuka pintunya. Laki-laki itu sedang duduk sambil menatap jendela yang belum ditutup. Ia tampak terkejut saat pintu itu terbuka, dan menyipitkan matanya saat Sungmin menyalakan lampu.

Untuk beberapa saat ia menatap anak laki-laki yang menjenguknya itu. “Kau? Lee Sungmin?” Sungmin tersenyum,

“Paman mengenalku?”

“Temannya Ryeowook? Mengapa bisa tahu aku ada di sini?” tanya Jongwoon dengan ketus sambil  mengalihkan pandangannya ke arah jendela. 

“Saya melihat saat paman sedang dibawa ke UGD” Jawab Sungmin sambil meletakan bawaannya di atas meja di dekat tempat tidur Jongwoon.

“Apakah Ryeowook tahu tentang hal ini?” Sungmin menggeleng.

“Aku tidak tega membiarkan dia tahu, namun lebih sedih lagi bila ia tidak tahu. Jadi sebaiknya Paman lekas sembuh. Beristirahatlah di rumah, agar Ryeowook bisa merawatmu”. Sungmin menutup jendela kamar Jongwoon dan menarik tirainya. “Aku pamit, ya, Paman!”.

Sungmin berjalan lagi menuju rumahnya. Ia memilih melewati sebuah gang, agar tidak terlalu ramai. Udaranya mulai dingin. Ia melipat kedua tangan di depan dadanya. Sesampainya ia di belokan terakhir menuju rumah, ada seseorang memanggilnya.

“Lee Sungmin..” Suara itu terdengar ketus.

Sungmin menoleh ke arah suara itu. Tepat di sampingnya, seorang laki-laki berpostur tinggi dengan rambut hitam pendek menggunakan blazer berwarna hitam dengan panjang hampir menyentuh tanah, berdiri. Orang itu tidak asing bagi Sungmin. Ia melihat laki-laki itu dengan tatapan tidak percaya, “Cho Kyuhyun...?”

Laki-laki bernama Cho Kyuhyun itu berjalan mendekat ke arahnya, “Kau masih ingat aku?” ucapnya sambil memandang Sungmin dengan tatapan yang dingin. Di bibirnya tersungging sebuah senyumam sinis.

“ Mianhae...” Ucap Sungmin.

“Maaf? Kau bilang maaf? Setelah meninggalkan aku, hanya ‘maaf’ yang bisa kau katakan?” Nada suara Kyuhyun mulai meninggi. Ia memepet Sungmin hingga tubuhnya berbenturan dengan tembok.

Kyuhyun menempatkan tubuhnya tepat di hadapan Sungmin hingga Sungmin tak dapat pergi kemana pun. Laki-laki itu kemudian meletakan tangannya di leher Sungmin, menggenggamnya, hendak mencekiknya. Sungmin hanya memejamkan matanya. Ia tak melawan sedikit pun.

Melihat reaksi Sungmin yang seperti itu, Kyuhyun menghentikan tindakannya, dan pergi. Namun Sungmin terlanjur sesak nafas dan jatuh pingsan. Sampai malam hari, Sungmin masih tergeletak di situ. Tak seorang pun mengetahui, karena jalan tersebut memang sepi.


***To Be Continued****

Reset Chapter 4 (Part 1)

Chapter 4
Love Disease

Main Cast : Kim Ryeowook, Lee Sungmin, Lee Donghae


“Sebaiknya Anda jangan terlalu banyak bekerja. Istirahatlah di rumah. Saya khawatir akan kondisi jantung anda”. Kata-kata itu terus terngiang di telinga Jongwoon. Dokter mengatakannya saat ia memeriksakan diri karena sakit di daerah dada. “Sekarang kau hanya manusia lemah, Kim Jongwoon... MANUSIA LEMAH” batinnya. “Tidak... aku harus tetap bekerja. Aku tidak bisa berada di rumah itu terlalu lama... Aku harus menyibukkan diriku! Harus!” Ucapnya dengan tatapan tajam yang tidak terarah.

Tok.. tok.. tok... “Hmm.. masuk!” Seorang laki-laki yang usianya lebih muda darinya membuka pintu dan memasuki ruangan. Sebelum berkata-kata, ia menundukan kepalanya terlebih dahulu.

“Siang ini ada rapat di kantor cabang, Tuan. Apakah tuan akan datang?” “Tentu saja! Ayo kita berangkat sekarang!”

“Tapi wajah Anda terlihat pucat, mau saya buatkan teh hangat?” tanyanya.

“Tidak usah.. kita harus cepat untuk mengantisipasi macet!” sahut Jongwoon.

Laki-laki yang berpakaian formal itu menundukan kepalanya dan menuruti apa yang dikatakan Jongwoon. Keduanya meninggalkan ruangan itu dan bergegas menuju mobil silver milik Jongwoon.

“Tuan, apa mau saya pesankan makanan? Tuan belum makan sejak tadi pagi...”

“Tidak usah...” Ucap Jongwoon tegas.

“Baiklah, Tuan..” Laki-laki itu melanjutkan menyupir.

Satu jam kemudian mereka sampai di sebuah gedung tinggi, yang merupakan perusahan milik Jongwoon. Laki-laki itu membukakan pintu bagian belakang, tempat Jongwoon duduk. Mereka datang tepat waktu. Begitu memasuki ruangan, ia langsung menduduki tempatnya dan membuka laporan-laporan dari bawahannya, memeriksa itu dengan cermat, sebelum akhirnya berbicara.
Jongwoon terdiam beberapa saat karena merasakan sakit di area dada. Ia menggigit bibir bagian bawahnya, sebelum akhirnya berdiri. Tangan kirinya berpegangan ke sisi meja, sementara tangan kanannya meremas kemeja di bagian dada, dimana rasa sakit itu terasa. Namun tangannya tidak cukup kuat untuk berpegang, semakin lama semakin melemah, dan akhirnya ia jatuh tidak sadarkan diri.
Asistennya segera menginstruksikan karyawan lain untuk menelepon ambulance. Setelah ambulance itu datang, Jongwoon segera dilarikan ke rumahsakit. Asistennya duduk di sebelah Jongwoon. Ia panik karena atasannya tiba-tiba jatuh. Jadwal mereka memang padat sejak seminggu yang lalu, dan ia tahu betul tuannya itu kurang sehat. Namun ia juga tak dapat memaksa tuannya untuk makan/minum.

Di sela-sela masker oksigen, Asistennya melihat Jongwoon menggerak-gerakan bibirnya. “Tuan, jangan banyak bicara dulu, tuan masih lemah!”

Jongwoon menggenggam tangan asistennya dengan erat, “Ss.. soal inn... ni... tolong.... jangan beritahu Ryeo.... wook..”

“Baik, Tuan, tuan jangan banyak bicara dulu... Saya yakin, Tuan pasti sembuh!”

Mata Jongwoon terbuka, namun pengelihatannya tidak jelas. Sayup-sayup ia mendengar sirine. Pikirannya tertuju pada istrinya yang sudah meninggal, “Geunyoung, apakah sebentar lagi kita akan bertemu? Bila iya, aku akan senang sekali..” batinnya.

Di rumah sakit, Sungmin sedang membayar obat untuk dirinya sendiri. Ia melihat sosok yang pernah ia lihat, tergeletak di tempat tidur dorong, di lengannya terdapat selang infus, hidung dan mulutnya tertutup masker oksigen. Sosok yang angkuh itu, tergeletak tak berdaya.

Karena penasaran, ia mengikuti para perawat yang mendorong tepat tidur itu sampai UGD. Tampaklah asisten Jongwoon di sana. Ia tampak mengenali Sungmin dan memlihat ke arahnya.

Sungmin mendekati laki-laki itu dan duduk di sampingnya. “Apa yang terjadi pada Paman?” tanyanya.

“Ah? Kau siapa? Sepertinya aku pernah melihatmu..”

“Lee Sungmin, sahabat Ryeowook”.

“Ah, Anda sahabat Tuan Muda Ryeowook?” asisten Jongwoon tampak terkejut.

***NEXT

Sarangi Ireokhe Chapter 2


 Tittle : Sarangi Ireokhe
             Main Cast : Kim Heechul, Choi Siwon, Kim Ryeowook, Kim Yesung


Seminggu kemudian, tanggal 13 Februari 20xx
Chullie dan Wookie sibuk di dapur untuk membuat cokelat valentine. Chullie teringat akan susu vanila yang Wookie beli. Timbullah niat jahil dari dalam diri Chullie untuk menjahili adiknya. Ia berteriak pada Yesung, yang sedang mengisi TTS, “Sungie ah...! Wookie membelikan susu vanila merek ‘X’ untukmu!” Chullie tahu Yesung sangat menyukai susu vanila dengan merek tersebut.
Yesung segera berjalan ke dapur, “Benarkah itu, Wookie ah?” tanyanya.
“Tapi itu sudah seminggu lalu.... mungkin sudah basi...” Ucap Chullie, setengah tertawa.
“Mana mungkin satu minggu langsung basi? Babo Noona =p”
“Eonnie, ini kan untuk campuran coklatnya...! Maaf Yesungie, kecewa, ya?”
Yesung tanpa ekspresi langsung  pergi meninggalkan dapur, diiringi suara tawa Chullie.
“Eonnie jahat pada Yesungie.. “ Wookie cemberut.
“Dia juga jahat padaku... kau dengar sendiri, kan, dia mengatakanku ‘bodoh’?” Chullie membela diri.
“Itu sih kenyataan...” Ucap Wookie, membuat Chullie tidak dapat berkata apa-apa lagi.
“2 gadis papa sedang apa? =)” tanya Papa Kangin sambil merangkul kedua puterinya.
“Kami lagi bikin coklat nih....” Jawab Wookie.
“Oya? Hmm... Jadi teringat masa lalu nih, waktu masih pacaran sama mama.. Coklat bikinan mama enak sekali!”
“Mamaku, atau mamanya Wookie?” tanya Chullie, memastikan.
“Tentu mama kalian yang sekarang.. Dulu sebelum menikah dengan ibumu, Chullie, papa kan pernah pacaran sama Mama Teukie. Jodoh emang ngga kemana, yah?” Mata Kangin menerawang. “Tapi coklat buatan mamamu juga enak kok.. sayangnya, ia memberikan coklat itu tak hanya kepadaku, tapi pada laki-laki lain juga..”
“Hmm...” Chullie tersenyum merasa hal itu lucu. Ia teringat ibu kandungnya dulu. Banyak yang mengatakan hal buruk mengenai ibunya, seperti wanita yang suka bergonta-ganti pasangan. Bila dulu ibunya tidak menggoda ayahnya, mungkin ia tak akan pernah lahir dan menjadi Chullie yang sekarang. Chullie yang memiliki 2 orang kekasih, dan 1 orang yang dicintai.
“Apakah ‘playgirl syndrom’ itu diturunkan secara genetis?” tanya Siwon yang tiba-tiba datang dan langsung meletakan dagunya di atas bahu Chullie.
Chullie terkejut dan menengok ke arah Siwon yang ada di sebelahnya, “Apa maksud Oppa?” Chullie gugup.
“Chullie ah, Berapa jumlah kekasihmu seluruhnya?” tanya Siwon tanpa ekspresi.
“A, a, aku ... aku tidak mempunyai kekasih...!” Jawab Chullie terbata. “Papa, Siwon Oppa jahat padaku...T.T” Rengeknya manja sambil bersembunyi di balik punggung sang ayah.
*bugghhh...* suara sesuatu yang terjatuh dari ruang tengah mengagetkan mereka. Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat.
“Suara apa itu?” tanya Siwon. Papa Kangin berlari ke ruang tengah untuk melihat apa yang terjadi, diikuti Siwon, Chullie, dan Wookie.
Di ruang  tengah, mereka melihat Yesung terduduk di dekat tangga. Di sekitarnya, terdapat bantal-bantal yang berserakan.
Yesung segera berdiri, “Gwaenchana..” Ucapnya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya tanpa membereskan bantak-bantal itu.
Wookie mengejar Yesung, diikuti oleh Chullie. Wookie menutup pintu kamar mereka, segera setelah memasukinya, membuat Chullie, yang berniat ikut masuk, terkejut karena hampir saja pintu itu mengenai wajahnya.
“Haish, hampir saja!” Gerutu Chullie dalam hati. Dari lantai 2, ia melihat Siwon yang sedang memunguti bantal bersama Mama Teukie, sementara Papa Kangin menatap ke arah tangga. “Everything’ll be a’right, Appa..” bisik Chullie.
Ia kembali ke dekat pintu dan mencoba menguping, siapa tahu ada percakapan di antara mereka. Ia heran, Yesung memang tipe orang yang tidak peduli. Namun kali ini berbeda, ia terlihat gelisah dan kerap melakukan kesalahan, seperti menjatuhkan barang-barang, terjatuh, berkali-kali teriris saat memasak, bahkan memecahkan piring atau gelas saat bagiannya mencuci piring.

“Oppa...” Suara Wookie mulai terdengar.
“Oppa? Jarang sekali mendengarnya memanggil Yesungie dengan sebutan ‘Oppa’...” Pikir Chullie.
“Oppa kenapa, akhir-akhir ini terlihat berbeda..?”
“Tidak apa-apa..” Suara Yesung terdengar dingin di telinga Chullie.
Chullie membuka pintu kamar itu sedikit. Ia melihat Yesung duduk di sisi tempat tidur dan Wookie ada di sebelahnya, tengah merangkul kembarannya. Namun Yesung malah memalingkan wajahnya.
“Sudahlah, tinggalkan aku!” Yesung setengah membentak Wookie melepaskan rangkulannya.
Wookie terdiam, setengah menunduk. Hal ini dilihat jelas oleh Chullie. Adik perempuannya itu terlihat sangat terkejut dan seperti ingin menangis.
“Kalau kau tak mau pergi, biarkan aku yang pergi!” Yesung memperhalus nada bicaranya, dan berdiri meninggalkan Wookie.
Chullie segera meninggalkan pintu kamar itu dan beralih ke pintu kamarnya. Saat melewatinya, Yesung hanya menatap dirinya melalui ujung matanya. Tatapannya tajam. Chullie merasa takut, namun mencoba untuk tersenyum pada adik laki-lakinya, yang terus berjalan tanpa menghiraukannya.
“Huh... Sombong sekali anak itu!” Gerutu Chullie.

Malam harinya,
@Wookie’s side
Gadis itu mencoba memejamkan matanya di atas tempat tidur tingkat, dimana ia berada di tingkat atas, sementara Yesung di bawahnya.
“Oppa,” Panggil Wookie. Tak ada jawaban dari bawah sana. “Oppa, aku tahu kau belum tidur. Kalau ada yang mau dikatakan, katakanlah! Jangan diam seperti itu!” Ucap Wookie.
“Wookie ah... dari mana kau tahu kalau aku belum tidur?” Sahut Yesung, disertai pertanyaan, yang menurut Wookie, ia tak perlu menjawabnya.
“Maafkan aku soal tadi siang,” Ucap Wookie.
“Aku bertanya padamu, dari mana kau tahu kalau aku belum tidur?” Yesung mengulangi pertanyaannya.
“Apa aku perlu menjawabnya? Kita sejak dalam rahim selalu bersama. Dari nafasmu saja, aku dapat mengetahuinya, Oppa...” Sahut Wookie. “Sekarang, kau harus menjawab pertanyaanku!” Tukas Wookie.
“Pertanyaan yang mana?” Yesung pura-pura tidak mengerti. Sebenarnya ia hanya ingin menghindar.
“Oppa kenapa? Akhir-akhir ini tampak berbeda..”
“Oh...” Komentar Yesung, lalu diam.
Wookie merasa kesal. Ia tahu karakteristik saudara kembarnya itu. Namun saat ini, ia tak ingin mempedulikannya. “Kau harus menjawabnya, Oppa..”
“Mungkin aku mengalami yang namanya ‘Sister Complex’,” Jawab Yesung.
“Maksud Oppa?”
“Hmm... Besok kau akan memulai hidup barumu dengan kekasihmu. Kurasa aku belum siap untuk itu,” Ucap Yesung. “Kau selalu bersamaku. Dan mulai besok, kau akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kekasihmu,” Lanjutnya.
“Aku masih tetap bisa bersamamu, Oppa!” Wookie tertawa kecil. “Ingat tidak, dulu kita pernah berjanji, kita adalah saudara kembar yang tidak akan pernah terpisahkan, kecuali oleh maut!^^” Perkataan Wookie membuat Yesung tertawa. “Kalau dipikir-pikir, itu seperti janji pernikahan. Mungkinkah saat itu kita telah, menikah?” Gurau Wookie.
“Hahaha... Kau bisa saja! Mana mungkin sesama saudara menikah!” Yesung tertawa menanggapi gurauan itu.

@Chullie Side,
Ia mendengar suara tawa dari kamar adiknya yang terletak di sebelah kamarnya. Ia tak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi ia cukup lega mendengar mereka tertawa. Itu tandanya mereka baik-baik saja.
Di tangan Chullie terdapat sebuah naskah. Ia harus mempelajarinya. Ia membayangkan hari esok. Besok adalah test puisi. Tiap mahasiswa harus dapat membacakan puisi dalam bahasa China yang tergolong panjang, tanpa cacat sedikitpun. Pak Hangeng pasti akan menjadi tim penilai.
“Bum ah, aku sudah dua kali gagal, apakah besok akan gagal lagi?” tanya Chullie pada bantal kepala kucingnya. “Kau tahu, setiap melihat matanya menatapku, dadaku terasa sesak. Aku ingin meneriakan sesuatu. Tapi apa yang aku teriakan? Aku takut. Semua menjadi kacau saat aku mengetahui bahwa ia menatapku. Aku lupa naskahnya. Ini sudah dua kali terjadi. Apa yang harus aku lakukan?” Chullie terus memikirkan hal itu sampai akhirnya ia tertidur.


**To Be Continued**
=)

Jumat, 15 April 2011

Sarangi Ireokhe: Chapter 1 (Part 2)

>>>
Di perjalanan, “Siwonnie, kita ke sekolah Yesung dan Wookie ah.. aku dan Wookie kan mau belanja... kamu, habiskan waktumu dengan Yesungie.. bagaimana?”
“Hmm... jadi kau tak mau pergi berdua denganku?” Tanya Siwon dengan tampang kesal yang dibuat-buat.
Chullie tersenyum, “Bukan begitu.. Aku kan tadi sudah janji dengan Wookie ah... Maaf ya, Oppa-ku sayang...” Chullie mulai merayu Siwon.
“Baiklah... Aku memang lemah terhadapmu...” Ucap Siwon serius.
“Haha... terimakasih..” Chullie tersenyum penuh kemenangan.
Sekitar pukul 1 siang, Yesung dan Wookie sudah keluar. “Kupikir kalian akan sampai sore..” Ucap Siwon.
Yesung memastikan Wookie sudah duduk, menutup pintu mobil, lalu ia berjalan ke pintu depan untuk masuk ke mobil itu.
“Hari ini memang jadwalnya sampai jam segini, Oppa...” Sahut Wookie, pelan.
“Kita pergi ke tempat makan dulu, ya, Hyung... Wookie ah belum makan siang..” Ucap Yesung.
“Wookie ah atau kau?” goda Siwon.
“Aku juga belum, tapi aku tak apa jika tak makan,” ucap Yesung.
“Baiklah, kami juga belum makan..” Ucap Siwon.
Tibalah mereka di sebuah kafe. Mereka memesan 4 porsi Bibimbap. Pesanan mereka datang dengan cepat. Mereka memakannya dengan tenang. Sesekali, Chullie melirik Siwon, Wookie, dan Yesung. Siwon tampak serius dalam memakan makanannya, sementara Wookie, sama seperti dirinya, yang sesekali melirik ke yang lainnya. Saat melihat Yesung, Chullie agak heran, karena ia tampak tidak  memakan makanannya itu. Ia hanya mengaduk-aduk sayuran dan daging di atasnya, namun tak ada yang masuk ke dalam mulut.
“Yesungie ah, makanlah..!” Ujar Siwon yang ternyata melihat hal itu.
“Ne, Hyung...” Yesung tampak malas, kemudian ia menyuapkan nasinya ke dalam mulit..
“Kau ini, untuk makan saja malas, apa lagi mengerjakan hal lain...” Sindir Siwon *kata-kata nenek G nih^^*
“Kalian pergi bertiga saja, biar aku pulang naik bis..” Ucap Yesung.
Wookie menghentikan makannya, “Kenapa?” tanya Wookie dengan nada cemas.
“Aku merasa tak enak badan..” Jawab Yesung.
“Kalau begitu kita batalkan saja, ya... Kita langsung pulang saja.. Kasihan Yesungie...” Ucap Wookie.
“Tak perlu khawatir padaku...”
“Tapi...”
“Mungkin setelah makan ini, aku akan baik-baik saja,” Yesung mengalihkan pembicaraan, “Aku akan ikut kalian!” Ucapnya sambil tersenyum dan memasukkan nasi ke mulutnya..
Siwon dan Heechul saling berpandangan. Mereka tidak mengerti Yesung yang pada awalnya sakit, namun tiba-tiba mau ikut begitu saja.
“Oppa, jongmal gwaenchana?” Wookie memastikan dengan tatapan dan nada suara yang khawatir.
“Naneun gwaenchana, Wookie ah... “ Sahut Yesung.  “Lanjutkan makanmu..!” Perintahnya,
Setengah jam kemudian, mereka meninggalkan cafe itu dan pergi ke tempat tujuan masing-masing.
Chullie dan Wookie pertama-tama memasuki toko adonan kue. Mereka mangambil beberapa batang coklat putih dan pewarna makanan. Selain itu, Wookie juga mengambil beberapa kotak susu vanila.
“Banyak juga.. bukankah kau lebih suka rasa strawberry atau coklat?” tanya Chullie. “Untuk Yesungie?” Tanyanya lagi. Wookie hanya tersenyum penuh rahasia. Itu membuat Eonnienya merasa kesal, namun ia tetap senang karena baru ia sadari, kedua adiknya sudah dewasa ternyata.
“Eonnie, aku sudah selesai... Mau langsung bayar atau masih ada yang mau Eonnie beli?” tanya Wookie.
“Ehm.. bayar saja.. setelah ini, kita cari gaun, bagaimana?” tanya Chullie.
“Hmm... ide yang bagus...” Wookie menyetujuinya.
Chullie kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Siwon agar ia dan Yesung pulang lebih dulu.

==

“Jadi kau ambil yang mana?” tanya Siwon, saat ia dan Yesung berada di Toko Jas.
“Aku belum membutuhkan jas seperti ini,” Ucap Yesung datar.
“Baiklah, Chullie meminta kita untuk pulang lebih dulu, kalau tak ada yang mau kau beli, sebaiknya kita pulang,”.
“Lalu bagaimana dengan Wookie ah?” Tanya Yesung. Dari nadanya seolah menolak untuk pulang bersama Siwon.
“Sudahlah, tak perlu khawatir. Ia bersama Chullie,” Siwon mearik tangan adiknya.

Di perjalanan, Siwon mengamati adiknya. Ia terlihat cemas. Hal ini mengingatkannya akan peristiwa semalam, dimana ia meminta Wookie untuk pulang bersamanya menggunakan mobil, sementara Yesung sendiri mengemudikan motornya sendiri. Saat itu, Wookie tidak berhenti menangis sambil menyatakan kekhawatirannya akan Yesung. Ia berpikir, apakah ikatan saudara kembar sampai sebegitu eratnya.
“Yesungie ah,” Panggilnya.
“Ya?” Sahut Yesung sambl melihat ke arah Hyungnya.
“Bagaimana rasanya memiliki saudara kembar?” tanyanya, sambil tetap fokus pada mengemudi.
“Mengapa bertanya demikian?” Yesung balik bertanya.
“Kau sering tampak terlihat khawatir bila berpisah dengan Wookie ah, begitu pula Wookie”.
“Oh..” Lalu jawabnya, “Aku tak tahu pasti, namun hal ini terus kupikirkan. Sejak di dalam kandungan, kami telah berbagi ruang, berbagi nutrisi, mendengarkan musik bersama, segala hal yang mama katakan untuk bayi yang berada dalam kandungannya, itu untuk kami. Sejak dalam kandungan aku tak pernah sendiri, aku bersama Wookie ah. Namun yang aku herankan, mengapa harus Wookie ah yanng menderita kelainan jantung? Sejak dalam rahim, kami bersama, mengapa hanya Wookie yang menderita? Mengapa tidak kami? atau... mengapa bukan aku saja?” Cerita Yesung mengenai hal yang ia pikirkan. “Kadang aku measa Tuhan tidak adil” Ucap Yesung, menghela nafas. “Dalam hal ini, aku sangat takut kehilangan adikku. Aku takut kalau jantungnya tiba-tiba berhenti dan aku ditinggal sendiri,” Ucap Yesung.
Siwon mengangguk-anggukan kepala, tanda memahami perasaan Yesung. Ia merasa Yesung benar-benar kesepian, meskipun di sekitarnya ada banyak orang yang menyayanginya.
“Namun aku tak dapat melakukan apapun selain berbuat baik agar Tuhan berkenan padaku, dan tidak membiarkan yang ku khawatirkan itu terjadi. Sambil menjaganya juga,” Sambung Yesung.
Siwon menanggapinya dengan anggukan lagi. “Sebentar lagi hari valentine, Wookie telah menemukan orang yang ia cinta. Kurasa, kau harus sedikit memberinya ‘ruang’. Jangan sampai karena kamu, ia tidak bisa bersama dengan orang yang ia cintai,” Ucap Siwon.
Yesung diam. Entahlah ia menanggapi kata-kata Hyungnya atau tidak, yang pasti. Wajahnya selalu seperti itu, tanpa ekspresi.
==
Malam hari, Wookie dan Chullie tiba di rumah. Banyak sekali barang yang mereka beli. Yesung segera mengambil 2 buah keresek yang dibawa oleh Wookie.
“Yesung ah, bawaan Noona lebih banyak dari Wookie, mengapa tidak membawa punya Noona dulu?” tanya Chullie agak kesal sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Yesung tak menjawab perkataan sang Noona. Ia terus berjalan ke arah tangga dan menaikinya.
“Haish... anak itu!” Gerutu Chullie.
“Sudahlah, biar aku yang bawa...” Siwon mengambil keresek-keresek yang tergeletak di lantai, yang tadi Chullie bawa, lalu naik ke lantai atas untuk menaruhnya di kamar Chullie.
“Mama mana, Oppa?” tanya Wookie pada Yesung yang baru kembali ke bawah.
“Dinner ma Papa...” Jawab Yesung.
“Kalian udah makan blum?” tanya Chullie.
“Belum..” Jawab Yesung sambil menggelengkan kepala..
“Haish! Orang tua macam apa... masa pergi dinner tanpa membuatkan makanan untuk anaknya?” Chullie mulai emosi.
“Chullie...” Siwon menenangkan.
“Aku masak untuk kalian deh... Aku dan Chullie Eonnie  udah makan soalnya..” Wookie pergi ke dapur.
“Kakak macam apa kau, pulang-pulang, tahu adiknya belum makan, malah mara-marah, bukannya masak!” Ucap Yesung pelan, namun dalam, sebelum akhirnya beranjak ke dapur untuk menemani Wookie.
“Siwonnie Oppa.... T.T” teriak Chullie.
Siwon langsung menghampirinya, “Sudahlah...” katanya dengan tenang. “Memang ada benarnya juga apa yang dikatakan Yesungie...” Tambahnya sambil membelai kepala Chullie.
“Haish!” Chullie memukul kepala Siwon.
“Aww....!” Siwon memegangi kepalanya. “Bersikaplah baik pada Oppamu ini...” Lagi-lagi Siwon mengucapkannya dengan lembut, membuat Chullie gemas dan ingin memukulnya sekali lagi. “Kau ingin memukulku lagi, Chagi?”
Chullie kehilangan kata-kata. Ia menatap mata Oppanya itu, kemudian ia tertawa sendiri.
“Mengapa tertawa?” tanya Siwon sambil membulatkan matanya.
Chullie beranjak dari sofa dan berkata, “Kau mencoba menggodaku? Aku tak akan tergoda!” katanya sambil senyum-senyum sendiri.
“Punya yeoja chingu GR-an kayak kamu....”
“Stop stop stop!!!!!” Chullie membungkam mulut Siwon. “Kau mau mereka tahu?” Ucap Chullie sambil melotot. Mereka yang dimaksud adalah si kembar, Yesung – Wookie, yang sedang berada di dapur.
“Mereka tidak akan tahuu, Chagi.. tahu sendiri, kan, gimana asiknya adik kembar kita kalau lagi berdua?.. jadi mereka ngga akan tahu, bahkan kalau aku menciummu sekarang…” Goda Siwon, mendekati wajah Chullie.
Chullie merasa takut. Matanya melotot ke arah Siwon, namun Siwon tak menghiraukan itu. “Tidak….!!!” Teriak Chullie sambil berdiri dari sofa dan lari ke menuju kamarnya di lantai 2.


>To Be Continued<