Rabu, 20 Juli 2011

FF: "A Whole New World" (World 3) Part 2

***PREVIOUS***


Tepat di luar ruangan, saat menutup pintu kamar, air mata Wookie jatuh tak terbendung. Ia berlari ke luar rumah sakit untuk mencari Jongwoon, namun tak menemukannya.

1 jam.... 2 jam.... Wookie tak kunjung kembali. Akhirnya Kyuhyun memutuskan untuk tidur. Beberapa jam kemudian, Kyuhyun membuka matanya. Antara sadar dan tidak. Ia melihat seorang gadis dengan gaun putih. Rambutnya berwarna coklat kepirangan, persis sosok dalam mimpinya, yang tak pernah menampakan wajahnya, yang selalu terlihat menangis untuknya.

Tak lama, gadis itu berbalik ke arahnya. Mata mereka bertemu, dan sang gadis tersenyum. “Kyuhyun ah, kau sudah bangun?” Sapanya.

“Kau siapa?” tanyanya dengan wajah terkejut.

“Lupa pada Noona?” Gadis itu mendekat.

“Minnie Noona?” Ucapnya tak percaya.

Minnie tersenyum dan mendekat sebelum akhirnya memeluk laki-laki yang sudah seperti adikknya sendiri itu.

“Sejak kapan Noona ada di sini?” tanya Kyuhyun.

“Sejak kau sedang tidur..” jawab Minnie, melepaskan pelukannya dan duduk di kirsi sebelah tempat tidur Kyuhyun. “Selamat, ya... kau sudah kembali =)” Ucap Minnie.

Kyuhyun mengangguk sambil tersenyum tipis. “Noona, ada yang ingin kutanyakan...” ucap Kyuhyun, dengan wajah serius. Minnie mendekat dan melihat wajahnya dengan tatapan serius pula. “Wookie, apakah dia dan manajernya itu...”

“Itu hanya gosip,” Potong Minnie ketus.

Melihat reaksi Minnie yang seperti itu, Kyuhyun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut. Ia semakin curiga.


Sementara itu, Wookie tengah mencari Jongwoon ke tempat yang mungkin dia kunjungi. Apartemennya sudah ia tinggalkan. Ia pergi ke bar tempat mereka biasanya merayakan kemenangan Wookie, lagi-lagi ia tak ada di sana. Wookie putus asa. Nomor telepon Jongwoon pun tidak aktif. Benarkah ini akhir dari semuanya? Apakah ia benar-benar tidak akan bertemu dengan manajernya itu?

Wookie mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Air matanya tak dapat berhenti sejak tadi. Pikirannya kacau. Kyuhyun sadar disaat ia merasakan adanya perasaan lebih terhadap sang manajer, saat perasaannya pada Kyuhyun ingin ia lupakan.

Ia berhenti di sebuah gedung tempat rumah produksinya berada. Berjalan memasuki gedung itu dan menaiki lift sampai ke lantai 7. Di sana ada sebuah ruangan, ruangan sang manajer. Tempat yang biasa mereka habiskan untuk bersama, baik untuk menciptakan lagu, maupun berdiskusi, bahkan sound checking. Terdapat sebuah keyboard yang tersambung ke komputer. Itu biasa digunakan Jongwoon untuk membuat arrangement.

Pintunya tidak terkunci. Wookie masuk dan duduk di atas kursi, tempat biasa ia duduk. Ia benar-benar belum percaya, bahwa hari esoknya tak akan bersama Jongwoon lagi.

Ingatannya kembali ke saat pemimpin rumah produksi memecat Jongwoon. “Mengapa tidak membiarkan aku yang dipecat? Mengapa harus mengorbankan diri untukku?” Tangis Wookie.

Matanya tertuju pada sebuah agenda berwarna hitam, berukuran 20x14cm. Ia mengambil agenda itu dan membukanya.

Milik Jongwoon. Jongwoon menempelkan beberapa foto Wookie yang ia ambil diam-diam, baik saat Woookie tertidur pada sesi latihan, maupun saat ia sedang serius. Ada catatan perhitungan jumlah album yang laku terjual, jadwal show/performance, sampai beberapa tulisan, yang mungkin adalah lagu ciptaannya.

Itu membuat Wookie tersenyum. Namun hati Wookie kembali sakit saat ia melihat tulisan Jongwoon yang ada di halaman agak akhir, tertanggal hari kemarin.

"Aku tidak mau terjaga dari mimpi yang singkat ini
Karena di dalam mimpi itu, aku merasa sangat bahagia
Aku tertawa seperti orang bodoh
tawa yang hanya seperti desahan kecil

Aku sadari, aku bukan orang yang baik
Tapi aku tidak tahu, orang jahat itu yang seperti apa

Aku khawatir karena kebaikanmu
Mungkinkah seseorang dapat berbahagia?
Meskipun kau tidak membutuhkan orang seperti aku

Aku sangat tahu, diriku memiliki banyak kekurangan
Tapi aku tidak tahu, aku ini orang yang seperti apa

Cintai aku satu kali saja
Kau tidak harus melupakan apapun
Sebentar saja, pikirkan aku,
Berikan sedikit saja waktumu untukku

Di jalan yang bersalju ini, tak peduli bagaimana, aku mencium harum tubuhmu, yang penuh kenangan, bahkan sampai saat ini.
(Just You/Geugotpoonieyeo by Suju; Indonesian translation by: Daemoon)


Air mata Wookie yang tadinya hampir surut karena foto-foto yang Jongwoon tempel, kembali menetes karena kata-kata di buku itu.

“Wookie ah..” Suara seorang wanita dari luar pintu.

“Hyukkie Eonnie?” ucapnya terkejut. Ia segera menyeka air matanya.

Wanita yang dipanggil ‘Hyukkie Eonnie’ itu menghampirinya dan memeluk Wookie, mengelus kepalanya.

“Dia sudah pergi, Eonnie.. Eonnie tahu, kemana dia pergi? Kapan ia akan kembali?” tanya Wookie di sela tangisnya.

“Maafkan aku, Wookie,” Sahut Hyukkie. “Kau sangat kehilangan dia, yah?” tanyanya. “Kau jatuh cinta padanya, Wookie?”

“Eonnie...” Wookie terisak. “Mengapa aku baru menyadarinya saat ia sudah pergi. Dan mengapa harus disaat Kyuhyun sadar?” Ucapnya dalam tangisan yang tak dapat ditahan lagi. “Aku seperti diminta untuk memilih, Kyuhyun atau Jongwoon Oppa”.

“Tapi saat ini kau tak harus memilih, Wookie.. Kyuhyun sudah sadar, dan Jongwoon sudah pergi,” Ucap Hyukkie, mencoba menguji Wookie.

“Tapi aku telah mencintai Jongwoon Oppa...”

“Kau sudah memilih, kan?” Ucap Hyukkie, bijak, sambil tersenyum.

“Tapi bagaimana dengan Kyuhyun, Eonnie?”

“Tunggulah saat yang tepat, baru kau katakan itu padanya,” Ucap Hyukkie.

Hari itu, Wookie memutuskan untuk kembali menyimpan hatinya. Ia tak akan memberikannya pada Kyuhyun. Ia akan menyimpannya untuk Jongwoon, yang sekarang entah berada dimana dan tak tahu kapan akan kembali.

^TBC^

FF: "A Whole New World" (World 3) Part 1

Tittle : A Whole New World
Main Cast : Wookie, Kyuhyun.
Other Cast : Minnie, Kim Jong Woon, Lee Soo Man, Hyukkie, Donghae, Ortu Minnie dan Ortu Kyuhyun
Soundtrack: The One I Love - SuJu


"Seharusnya aku tidak melakukan hal ini
Aku tahu, aku tidak bisa mencintaimu
Pengakuanku akan membuatmu semakin terluka"
(The One I Love - SuJu; Indonesian Translator: Daemoon)

Kyuhyun terbangun dari tidur panjangnya. Matanya melihat seisi ruangan. Ia sama sekali tak mengenali ruangan ini. “Di mana ini? Apa yang terjadi padaku?” pikirnya saat melihat masker oksigen di atas wajahnya. Ia menaikan tangan kirinya, namun ada selang infus di sana. Kemudian ia teringat akan kejadian yang dialaminya bersama teman-teman sepulang kelulusan sekolah.

“Kecelakaan itu..” batinnya.

Lalu ia melihat ke arah tangan kirinya seorang gadis yang tertidur sambil menggenggam tangannya.

“Wookie ah...” Ucapnya pelan. Hatinya sangat gembira mendapatkan orang yang ia cintai berada di sampingnya.

Wookie merasakan di ruangan itu ada ‘pergerakan manusia’. Ia terbangun, melihat mata Kyuhyun telah terbuka.

“Kyuhyunnie...” Ucapnya sambil tersenyum dengan mata sembab karena semalaman menangis. “Kau sudah sadar?”

Kyuhyun hanya tersenyum, karena mulutnya terasa sulit untuk mengucapkan kata-kata.

“Yah, aku panggil dokter sebentar,” Ucap Wookie sambil berjalan keluar ruangan.

Saat Wookie ke luar ruangan, Kyuhyun merasakan hal yang berbeda. Meskipun orang yang pertama ia lihat adalah kekasihnya, entah mengapa hati Kyuhyun merasakan sesuatu yang hampa. Yang ia inginkan saat itu adalah Wookie, orang yang ia rindukan, memeluknya. Namun Wookie tidak melakukan itu. Ia malah memanggil dokter. Ia mencoba berpikir logis, bahwa Wookie melakukan itu karena mempedulikan dirinya juga. Mungkin memang prosedurnya seperti itu.

Tak lama, dokter datang bersama 3 orang suster. Mereka memeriksa Kyuhyun dan melepaskan masker oksigennya.

“Ini keajaiban, kau koma selama 3 tahun, dan sekarang kau sudah sadar... Selamat Tuan Cho,” Ucap Dokter.

“Mwo? 3 tahun?” Kyuhyun terkejut. “Benarkah itu, Chagi?” tanya Kyuhyun perlahan pada Wookie.

Wookie tersenyum, “Aku akan menelepon paman dan bibi...” Wookie ke luar ruangan dan menelepon kedua orang tua Kyuhyun.

Sekitar setengah jam kemudian, kedua orang tua Kyuhyun datang. Mereka tampak bahagia karena putranya telah sadar. Mereka memeluknya. Sementara Kyuhyun sendiri masih terheran-heran. Ia benar-benar tak percaya akan hal itu. 3 tahun tak sadarkan diri? Namun yang paling ia syukuri, tak seorang pun dari mereka yang membiarkannya mati. Tanpa terasa, air matanya menetes.

“Yah, Kyuhyun... Kau harus berterimakasih pada Wookie ah... Dialah orang yang menolak dengan tegas saat kami memutuskan untuk merelakanmu,” Ucap ayah.

“Benarkah itu, Chagi?” tanya Kyuhyun.

“Wookie bahkan tidak melanjutkan kuliahnya, demi mencari uang untuk biaya pengobatanmu,” Tambah ibu.

“Paman, bibi.. tak perlu begitu..” Wookie tersenyum malu mendengar kata-kata orang tua Kyuhyun.

“Terimakasih, Chagi...” Kyuhyun menggenggam tangan Wookie. “Ngomong-ngomong, kau bekerja sebagai apa?” tanyanya.

“A, aku... aku...” Wookie ragu menjawabnya.

“Sekarang, Wookiemu sudah menjadi artis terkenal,” Jawab Ibu.

Kyuhyun terkejut. Ia tak dapat mengatakan apapun. Ia menatap Wookie dari kepala hingga kaki. Memang banyak perubahan dalam fisik Wookie. Rambutnya yang awalnya berwarna hitam, sekarang menjadi coklat muda. Penataan rambutnya lebih rapih dan stylish. Pakaiannya yang biasanya sederhana, hanya kaos dan celana pendek, saat ini ia menggenakan tank top hitam dipadu cardigan jaring warna merah. Celana yang ia gunakan pun tampak mengkilap.

Sejak sadar, ia baru menyadari perubahan itu. Bahkan ia heran, apakah yang ada di hadapannya ini masih Wookienya?

“Ehm, baiklah, rasanya kalian belum terlalu banyak bicara... Kami tinggalkan kalian berdua, yah!” Ucap ayah.

“Yeobo... Aku masih merindukan putra kita...” Ibu menolak pergi.

“Ayolah, tak lama lagi , Kyuhyun akan pulang.... Artinya, kita akan memiliki lebih banyak waktu dengan kita. Ibu tahu, kan, Wookie sangat sibuk...”

“Baiklah...Kami tinggal, ya...” Pamit ibu.

Sepeninggalan mereka, keduanya terdiam. Sama sekali tak ada kata-kata yang diucapkan, hingga Kyuhyun akhirnya membuka pembicaraan. “Wookie ah... 3 tahun itu, lama sekali, yah!” Ucapnya. “Aku bahkan tak tahu, apa yang terjadi selama 3 tahun ini. Kau banyak berubah..” Ucapnya sambil tersenyum. “Apakah 3 tahun ini kau menemukan orang yang lebih baik dari aku?” tanyanya.

“Ehm... Aku..”

“Ya?” Ucap Kyuhyun.

“Wookie ah...” pintu kamar Kyuhyun terbuka. Seorang laki-laki berambut coklat, dengan kaos hitam dan celana panjang yang berwarna senada dengan atasannya, memakai tas ransel di punggungnya, muncul dari balik pintu. Dia membuat Kyuhyun dan Ryeowook terkejut. Sebaliknya, ia pun terkejut melihat Kyuhyun sadar. “ah.. Kyuhyun Sshi....” Ucapnya. “Kau sudah sadar?”

Kyuhyun terkejut. Ia bahkan tak mengenali orang yang memanggil namanya itu. “Maaf, Anda siapa?” Tanyanya sambil mengerutkan dahi.

Laki-laki itu menundukan kepalanya beberapa saat untuk memberi hormat. “Kim Jongwoon Imnida. Aku manajer Wookie, ehm, mantan manajer,” Ucap Jongwoon.

Entah mengapa, hati Wookie sangat sakit mendengar itu. Matanya kembali berkaca-kaca.

“Aku datang ke sini untuk pamit, itu saja. Aku telah berhenti dari rumah produksi itu, Jadi aku datang ke sini untuk pamit,” Ucap Jongwoon. Ia mengulang-ulang kalimat yang ia ucapkan karena gugup.

“Arasso...” Ucap Kyuhyun. “Terimakasih karena telah menjadi manajer Wookie”.

“Tak perlu sungkan,” Balas Jongwoon. “Wookie ah, aku pergi dulu, selamat tinggal,” Ucap Jongwoon pada Wookie. “Kyuhyun Sshi, selamat atas kehidupanmu yang baru. Kau beruntung memiliki Wookie,” Ucapnya sambil menutup pintu.

Kembali ruangan itu menjadi sunyi. Wookie terlihat kaku. Tangannya mengepal di atas kedua lututnya. Ia duduk di kursi dengan posisi tegap. Tatapannya kosong, namun terlihat bahwa matanya berkaca-kaca.

Kyuhyun bingung melihat Wookie seperti itu. Ia mencoba membaca situasi. Dadanya terasa berat saat memikirkan kemungkinan yang terjadi, “Woo..”

“Ehm... Kyuhyunnie, aku ke luar sebentar, ya..” ucapnya dengan suara bergetar, sambil berdiri dari kursi dan pergi sebelum Kyuhyun mengucapkan sesuatu. Ia bahkan tak melihat tangan Kyuhyun yang mencoba meraih tangannya agar tidak pergi.

Kyuhyun menarik nafasnya dalam-dalam. Ia memejamkan matanya untuk menenangkan diri dan mencoba untuk tersenyum, menerima setiap kemungkinan yang terjadi.

>>>NEXT>>>

Minggu, 10 Juli 2011

Sarangi Ireokhe (Chapter 3)

Sarangi Ireokhe
Main Cast : Kim Heechul, Choi Siwon, Kim Ryeowook, Kim Yesung


Hari ini adalah hari valentine, hari yang dinantikan seluruh masyarakat Korea, khususnya para anak muda. Chullie, meski usianya tak dapat dikatakan muda (namun tak dapat dikatakan tua juga), ia mempersiapkan beberapa potong cokelat untuk dibagikan kepada teman-temannya. Ia sangat mengerti kesibukan kekasihnya, Kyuhyun.

Kekasihnya, yang merupakan asisten dosen pasti akan sibuk, karena hari valentine tahun ini bertepatan dengan hari ujian. Namun tak mungkin juga baginya untuk merayakan valentine dengan kekasihnya yang juga saudara tirinya, Siwon.

“Wookie ah, nanti kau akan pulang dulu atau pergi dengan calon kekasihmu itu?” tanya Chullie.

Wookie tersipu, “Onnie ah...” Ucapnya. “Aku akan pulang dulu. Mana mungkin aku pergi menggunakan seragam!” Wookie tertawa kecil. “Yesungie ah, nanti temani aku yah!” Pinta Wookie.

“Hmm... ne...” Ucap Yesung pelan.

“Mworago?.. Kau mau berkencan, mengapa mengajak Yesungie? Mengapa tidak kau minta saja laki-laki itu menjemputmu?” Seru Kangin Appa.

Wookie hanya tersenyum, tanpa menjawab pertanyaan Kangin Appa. “Jja...! Ayo kita berangkat!” Seru Wookie pada ketiga kakaknya.

Setelah pamit, keempatnya menaiki mobil. Seperti biasa, Yesung dan Siwon duduk di depan, sementara Wookie dan Chullie di depan.
Sepanjang perjalanan, mereka berempat tak bersuara. Chullie memikirkan testnya, sementara Siwon sibuk menyupir. Walaupun demikian, Siwon masih tanggap dengan perilaku adik kembarnya. Ia mengintip dari kaca, apa yang dilakukan mereka.

Wajah Wookie tampak seperti biasanya, senyum manis selalu menghiasi wajahnya yang melihat ke luar jendela. Sementara Yesung, yang beberapa hari ini selalu tertidur selama perjalanan, kali ini ia tidak terlelap. Ia menatap ke luar jendela mobil dengan tatapan kosong.

Sekali-sekali, Siwon ingin sekali dapat membaca pikiran orang agar dapat menerka apa yang sedang dipikirkan adik laki-lakinya itu.“Yesungie, sudah sampai...” Ucapnya untuk ketiga kalinya, setelah mereka tiba di depan gerbang sekolah.

Kali ini Wookie yang turun lebih dulu membukakan pintu untuk kembarannya. Setelah keduanya turun, Chullie langsung pindah ke depan dan meminta Siwon untuk menunggu beberapa saat. Ia ingin mengamati kedua adiknya.

Menurut Chullie, keduanya terlihat berbeda. Wookie biasanya menggandeng lengan Yesung, namun kali ini tidak. Bahkan terdapat jarak yang cukup jauh di antara mereka.

“Mungkin menjaga jarak, kan Wookie akan segera mendapatkan orang yang ia cintai,” Ucap Siwon, menerka yang ada di pikiran Chullie.

“Kasihan Yesungie...” Gumam Cullie pelan, namun cukup terdengar di telinga Siwon.

“Mengapa kasihan? Bukankah tiap orang memang akan menemukan pasangan hidupnya? Cepat atau lambat, Yesung juga akan bertemu dengan orang yang ia cintai”.

“Ne, Siwonnie...” Chullie terdiam setelah merespon kata-kata Siwon.

Pikirannya tertuju pada masa yang akan datang, dimana ia harus membacakannya di depan para dosen. Hanya 3 orang dosen memang. Yang satu adalah orang yang 2 kali tidak meluluskannya; orang yang membuat kepalanya tidak dapat berpikir jernih; orang yang membuat jantungnya berdebar tiga kali lebih kencang, dari kecepatan mobil yang dikendalikan Yesung saat sedang kesal; orang yang membuatnya melupakan setiap kata yang ada dalam naskah sajak. Sedangkan yang lainnya adalah kekasihnya, Cho Kyuhyun.

Mungkin saja Kyuhyun akan meluluskannya. Namun sekalipun ia lulus, tetap saja ada rasa khawatir dalam pikirannya. Takut akan kehilangan sosok yang kerap ingin ia hindari. Takut tak dapat lagi melihatnya.

Siwon menjalankan mobilnya. “Yah... Chullie ah, kau kenapa?” tanya Siwon, yang merasakan ketidakberesan dari Chullie.

“Gwaenchana...” Jawabnya lemas.

Siwon menyisikan mobilnya dan mendekatkan wajahnya pada Chullie, “Gadis secantik ini, mana boleh tidak tersenyum,” Ucapnya sambil mencubit pipi Chullie yang putih bersih. Chullie tetap tidak bereaksi. Siwon kembali menjalankan mobilnya. “Kau dingin sekali hari ini... Apakah kekasihmu yang tampan ini akan mendapatkan sesuatu di hari valentine?” Tanya Siwon dengan nada menggoda.

“Mianhaeyo... Aku tak mempersiapkan apapun,” Jawab Chullie.

“Ha... Padahal aku sudah menunggu hari ini...” Siwon mengatakannya dengan nada kecewa yang dibuat-buat. “Lalu sore ini, apa kau ada rencana pergi ke luar?” Tanya Siwon. Chullie menggeleng.

“Sebenaranya tidak ada... tapi aku memang tak ada mood untuk pergi ke luar....” Jawab Chullie.
“Arrasso...” Siwon, memarkirkan mobilnya.

Chullie berjalan dengan langkah lunglai menuju ruang teater. Kepalanya menatap lantai. Ia benar-benar merasa tak bersemangat untuk menjalani kelas.

“Chullie ah...” Panggil seseorang. Chullie melihat ke arah orang itu. “Sudah belajar? Chagi ah, Hwaiting!” Ucapnya.
Itu kekasihnya. Namun ia merasa tak memiliki kekuatan untuk menjawabnya dan hanya memberikan jawaban dengan senyum terpaksa.
Beberapa saat kemudian, seluruh mahasiswa telah berkumpul di ruangan. Chullie menatap tim penilai. Seluruhnya ada 3 orang; Kyuhyun, Zhoumi Laoshi, Songqien Laoshi. Hey, kemana Pak Hangeng? Matanya menjelajah ke sekitar ruangan mencari laki-laki itu. Namun ia tetap tidak menemukannya.

Chullie mulai gelisah. Ia tak dapat menghentikan rasa cemasnya. Ia terus melihat ke sekitar.

“Anyeonghasaeyo..” Ucap Kyuhyun, yang saat ini sedang berbicara di hadapan para mahasiswa. “Hari ini, akan diadakan ujian sajak dan puisi. Mengenai kriteria kelulusan, kita sudah membahasnya tempo hari, dan akan berjalan sebagaimana yang sudah disepakati. Berkaitan dengan hal ini, Aku, Cho Kyuhyun akan menilai pelafalan Bahasa Mandarin, Songqien Laoshi akan menilai kelancaran, dan Zhomi Laoshi, akan menggantikan Hangeng Laoshi, untuk menilai penghayatan dan ekspresi wajah. Sampai di sini, apakah ada yang ingin ditanyakan?”

“Apa? Dia tidak datang? Mengapa?” Batin Chullie, seolah ingin meneriakan hal tersebut. Setidaknya, bila ia berteriak, mungkin saja ada yang akan memberitahukannya, dimana orang itu berada saat ini. Wajah Chullie terasa agak panas. Sebenarnya ia ingin menangis, namun apa jadinya kalau ia menangis tepat sebelum ujian.

“Kim Heechul Ssi..” Panggil Kyuhyun. “Kau mendapat kesempatan pertama untuk membacakan sajak yang kau pilih”.

Chullie berjalan menuju panggung. Ada sekitar10 meter, jarak dari tempat duduknya tadi sampai panggung. Ia membutuhkan waktu 30 detik untuk sampai di sana.
Tiga puluh detik itu merupakan waktu yang berharga bagi Chullie, karena dalam saktu sesingkat itu ia harus dapat menata hati dan pikirannya, sebelum ia terlanjur naik ke panggung dan mengacaukan segala hal yang telah ia persiapkan sebelum ujian.
Chullie berjalan dengan penuh percaya diri, kepalanya tegap. Ia menggenakan gaun brokenwhite motif bunga-bunga kecil warna coklat dan orangye muda, dipadu dengan sepatu putih, terlihat anggun. Rambut hitam sebahunya ia biarkan terurai, dengan hanya menggenakan bando pita yang bagian bawahnya ia ikat di belakang lehernya.
Chullie membungkukkan badannya, memberi hormat pada semua dosen penilai. “Anyeonghasaeyo, Kim Heechul imnida. Saya akan membacakan sebuah puisi milik Zhoumi Laoshi, “Ikatan Takdir”. Saya telah menyiapkan ini sejak lama, dan hari ini saya bahkan tidak menyangka kalau Zhoumi Laoshi akan datang menjadi Tim Penilai pada hari ini. Saya harap Zhoumi Laoshi tidak tersinggung, bila ada bagian dari sajak ini yang tidak tepat dalam

“Mudah saja... Hanya tidak perlu meluluskanmu..” Gurau Zhoumi Laoshi, sambil tersenyum ramah. Beberapa orang ada yang tertawa. Chullie sendiri tersenyum. Ia merasa sedikit relax dengan gurauan dari Zhoumi Laoshi.



Ikatan Takdir

Dunia bagaikan sebuah benteng di tempat terpencil
Memisahkan 2 orang yang harus saling bertemu satu-sama lain
Sampai pada hari dimana terompet bertiup mengumumkan bersatunya 2 manusia yang saling mencintai

Aku ada di sini, dan kau ada di seberang sana
Melihatmu tersenyum
Sama-sama menyaksiakan berlalunya siang dan malam
Di tepi laut ini, aku mengulurkan tanganku padamu
Keberanian membuatku ingin mengejar ikatan takdir ini

Lonceng berbunyi dengan suara D minor
Betapa indahnya dongeng ini
Kita tidak memerlukan burung kebahagiaan
Kita hanya saling membutuhkan satu sama lain untuk bersandar


Cinta seperti jalan yang ditutupi permadani dan aku bisa memelukmu pada akhirnya
Menemukan takdir, yang merobek waktu, dimana aku merasakan cinta yang sesungguhnya
Ikatan takdir dari 2 orang yang berada pada 2 jalan, dan berakhir pada titik yang sama
Kau adalah hal terindah di bulan April
Setiap bagian dari kenangan, berkumpul menjadi satu dalam sebuah daftar

Menemukan takdir, seperti merasakan surga tepat di sisimu
Kebahagiaan terlihat di antara celah-celah jari tangan yang saling bertaut
Melalui tatapan mata, tak perlu kata-kata
Hanya perlu saling melihat, untuk dapat mendengarkan apa yang ingin diucapkan
Harmoni tanpa suara, yang berlangsung selamanya dan tidak pernah berubah
Aku mencintaimu setiap hari
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chullie membacakan sajak itu dengan penuh penghayatan. Kali ini ia dapat fokus pada sajaknya, karena tidak ada Hangeng Laoshi di sana. Namun tetap saja, dalam hatinya, ia merasa ada yang kosong tanpa kehadiran laki-laki itu.


“Yah, Heechul Ssi!” Ucap Zhoumi Laoshi, setelah Chullie mengakhiri pembacaan sajaknya. “Kau membacakan sajak itu dengan baik. Namun aku, sebagai orang yang menulisnya dapat merasakan, ada hal yang tidak tepat dari caramu merasakan isi dari sajak itu. Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?” Tanyanya.

Chullie menatap Laoshi sejenak, ia berpikir apa yang harus ia katakan. Memang benar, apa yang ia rasakan saat itu tidak sesuai dengan isi sajak yang menggambarkan kebahagiaan seseorang saat menemukan pasangan hidupnya. Tapi tidak mungkin baginya untuk mengatakan hal itu. Bagaimanapun juga, Kyuhyun, kekasihnya, berada di tempat itu. “Ehm.... itu...”

“Tidak usah dijawab. Aku hanya ingin tahu reaksimu. Dari situ aku dapat mengetahuinya,” Ucap Zhoumi Laoshi sambil menuliskan sesuatu pada buku yang ada di hadapannya.

“Heechul Ssi, pelafalanmu baik. Itu saja dariku,” Ucap Kyuhyun.

“Kau sudah lancar dalam membacakannya. Tidak ada kesalahan sama sekali. Sempurna,” Ucap Songqien Laoshi.

"Terimakasih, para Laoshi sekalian,” Chullie membungkukan badannya, memberi hormat pada mereka, sebelum ia pergi.


Dari tempat itu, ia berjalan menuju kantin. Teman yang biasanya bersama dengan dia masih di aula,sehingga ia harus menunggu mereka untuk memberikan beberapa coklat.
Dalam perjalanannya, ia berhenti sejenak, begitu tiba di depan ruangan Hangeng Laoshi. Ia mengamati ruangan itu untuk beberapa saat.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Chullie terkejut dan berniat meneruskan langkahnya menuju kantin. Namun saat kakinya melangkah, seseorang dengan 5 buah buku tebal, yang tampak keluar dari ruangan itu menabraknya.

3 buku buah buku tebal jatuh tepat di atas perut Chullie. Gadis itu meringis kesakitan, sementara orang yang menabraknya masih mempertahankan 2 buah buku lain di tangannya, sebelum akhirnya melihat ke arah Chullie.

“Heechul Ssi...” Ucapnya terjeut. Karena terkejut, ia menjatuhkan 2 buku sisanya di atas lantai, dan berjongkok. “Gwaenchanayo?”

“Ha, Hangeng Laoshi?” Chullie berkata dalam hati. Ia ingin menjawab pertanyaan Hangeng yang saat ini ada di hadapannya. Tapi semua kata-katanya tercekat di tenggorokan. Ia tak dapat berucap sepatah kata pun.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk Chullie. Chullie meraihnya. Telapak tangan itu terasa begitu hangat di tangan Chullie yang sedari tadi sudah dingin.

“Tanganmu berkeringat dingin... Apakah kau sakit?” Tanya Hangeng padanya.
Chullie masih menatap Laoshinya itu dengan tatapan tak percaya.

“Hey,,, Gwaenchanayo?”

“Ah.. Iya.. Aku baik-baik saja. Tak perlu mengkhawatirkanku,” Ucap Chullie.
Hangeng kembali berjongkok untuk mengambil buku-buku yang terjatuh ke lantai. Chullie dengan tergesa-gesa ikut berjongkok, hendak mengambil buku-buku. Dan saat tangan mereka hampir meraih buku, kepala mereka saling berbenturan.

“Ah.. Dui bu qi....” Ucap Hangeng, bersamaan dengan Chullie yang mengucapkan, “Mianhae...”

Menyadari perbedaan bahasa yang mereka ucapkan, padahal artinya sama, keduanya sama-sama tertawa ringan.

“Beginilah, saat gugup, aku langsung mengatakan kata-kata dalam bahasa China, bukan Korea,” Hangeng menggaruk kepalanya, dengan mata masih mengarah ke buku.
Chullie melihat itu. Ia tersenyum karena ucapan dan tingkah laku Laoshinya.

“Mengapa harus gugup?” Pikirnya. “Kupikir, sebagai seorang yang dingin, kau dapat menahan rasa gugupmu. Apakah mungkin kalau kau menyukaiku juga, Laoshi?” Mata Chullie terbuka lebar, berbunga-bunga, mendengarkan apa yang ada dalam bantinnya.

“Kim Heechul Ssi...” Panggil Hangeng, sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan mata Chullie.

“Eh?” Chullie terkejut.

“Kau, setelah ini, apakah ada kegiatan?” Tanya Hangeng.

“Ti.. Ti... Ti.... Tidak,” Ucapnya gugup. “Semua temanku masih di aula,” Ucap Chullie.

“Kalau begitu, maukah membantuku membawa buku-buku ini ke rumah?” Tanya Hangeng. “Sebenarnya masih ada banyak buku yang harus kubawa,” Hangeng menjelaskan tujuannya.

“Ya, ya... Aku mau,” Mata Chullie berbinar menerima ajakan Hangeng.
Keduanya masuk ke dalam ruangan Hangeng dan menggotong sebuah dus, yang ukurannya cukup besar dan berat.

“Ini semua buku-bukuku. Maaf sudah merepotkanmu,” Ucap Hangeng.

“Tak apa... aku senang bisa membantu Laoshi”.
Mereka memasukan dus itu ke bagasi mobil Hangeng, kemudian melaju ke rumahnya.


^TBC^